Spirit of Aqsa- Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara, Husam Abu Safia, mengumumkan, sistem kesehatan di Jalur Gaza Utara sepenuhnya kolaps. Para korban yang terluka akibat serangan udara Israel tidak bisa diselamatkan karena kekurangan fasilitas medis.

“Kami meminta dunia untuk segera menekan Israel agar memungkinkan masuknya tim medis internasional dan peralatan medis, khususnya yang bersifat bedah, ke Gaza Utara sebelum terlambat,” ujarnya kepada Anadolu, Rabu (30/10/2024).

Abu Safia juga mendesak adanya akses kendaraan ambulans dan bahan bakar setelah beberapa unit ambulans dihancurkan oleh serangan Israel sehingga tidak bisa beroperasi. “Tidak ada ambulans yang tersisa di Gaza Utara,” tambahnya.

Ia menggambarkan kondisi darurat yang dihadapi rumah sakit tersebut, di mana para korban terluka tiba dalam kondisi kritis dan banyak yang tidak dapat bertahan hidup karena kehilangan banyak darah dalam perjalanan ke rumah sakit. “Pasien yang terluka harus datang dengan bantuan warga sipil, yang sering kali terlambat.”

Selain itu, Abu Safia menyatakan bahwa Israel melakukan tindakan yang ia sebut sebagai genosida dan pembersihan terhadap warga dan sistem kesehatan di Gaza Utara. Di rumah sakitnya, kini hanya tersisa satu dokter yang tidak mampu memberikan perawatan bedah.

“Seorang anak membutuhkan operasi darurat untuk menghentikan perdarahan di perutnya, namun kami tidak memiliki dokter bedah,” ungkap Abu Safia. “Beberapa anak terluka parah dengan tulang yang menembus keluar tubuh mereka, membutuhkan operasi ortopedi, dan ada pula korban cedera otak yang memerlukan ahli bedah saraf.”

Situasi digambarkan sebagai “benar-benar bencana,” dengan pasien luka yang meninggal di jalan karena kurangnya sarana untuk mengantar mereka ke rumah sakit, serta minimnya peralatan dan tenaga medis.

Lebih dari 150 korban luka berada di Rumah Sakit Kamel Adwan, tetapi mereka hanya bisa diberikan perawatan dasar. “Kami berisiko kehilangan satu korban setiap jam akibat minimnya dokter dan tenaga medis,” tambah Abu Safia.

Pada hari yang sama, pesawat Israel membombardir sebuah rumah keluarga Abu Nasir di wilayah Beit Lahiya, tempat sekitar 200 orang tinggal. Menurut Kantor Informasi Pemerintah di Gaza, 93 orang meninggal, lebih dari 40 orang masih hilang, dan puluhan lainnya terluka akibat serangan tersebut.

Kantor itu menegaskan bahwa militer Israel tahu bangunan tersebut dihuni oleh ratusan warga sipil yang sebagian besar adalah anak-anak dan wanita yang terlantar akibat serangan sebelumnya.

Sumber: Anadolu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here