Israel kembali mengguncang jantung Tepi Barat. Kota Nablus dikepung, dan desa-desa Badui dibungkam perlahan oleh kebijakan yang disebut para aktivis sebagai pengusiran tanpa suara.
Pasukan Israel pada Senin malam menerobos masuk ke kawasan timur Nablus, menutup sejumlah jalan utama, dan memicu bentrokan dengan pemuda-pemuda Palestina. Empat warga dilaporkan terluka dalam insiden tersebut.
Serangan itu terjadi tak lama sebelum kelompok pemukim bersenjata bersiap memasuki kompleks Makam Yusuf, sebuah situs yang mereka klaim sebagai tempat peristirahatan Nabi Yusuf. Namun, klaim itu telah dibantah oleh para arkeolog, yang menyatakan bahwa makam tersebut adalah bangunan beberapa abad terakhir dan merupakan tempat suci seorang syekh Muslim bernama Yusuf Duwaiqat.
Sementara itu di utara Ramallah, sekelompok pemukim ekstrem menyerbu desa Turmus Ayya pada Senin dini hari. Mereka membakar lahan pertanian dan pepohonan milik warga serta mencoretkan slogan-slogan rasis di dinding bangunan.
PBB mencatat sedikitnya 24 serangan pemukim terhadap warga Palestina dalam sepekan terakhir. Kekerasan ini mengakibatkan korban luka dan kerusakan yang meluas. Wakil juru bicara Sekjen PBB, Farhan Haq, menyebut kekerasan yang dilakukan oleh pasukan Israel dan pemukim Yahudi di Tepi Barat berlangsung tanpa henti.
Dalam insiden terpisah, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan gugurnya seorang pemuda bernama Yusuf al-Amir dalam pengepungan di sebuah fasilitas pertanian di kota Qabatiya, selatan Jenin.
Sementara itu, di wilayah Masafer Yatta, selatan Hebron, pemukim melanjutkan penggusuran lahan milik warga Palestina di desa Umm al-Khair.
Pengusiran Diam-diam: Strategi Israel di Lembah Yordan
Sebuah organisasi HAM Palestina, Al-Baidar, memperingatkan tentang bentuk baru kolonisasi yang lebih senyap namun sistematis. Mereka menyebutnya sebagai “pengusiran halus dan pembersihan sunyi” terhadap komunitas Badui di Lembah Yordan.
Dalam pernyataan resminya, Al-Baidar menegaskan bahwa wilayah Lembah Yordan kini menjadi saksi eskalasi kekerasan terstruktur yang dilakukan oleh pasukan pendudukan dan milisi pemukim. Serangan demi serangan tidak lagi bersifat sporadis, tetapi menjadi bagian dari strategi Israel untuk membongkar fondasi sosial dan ekonomi rakyat Palestina di kawasan tersebut.
Wilayah Lembah Yordan membentang dari Bisan di utara hingga ke Negev di selatan, mencakup sekitar 30% dari luas Tepi Barat atau sekitar 720 ribu dunum. Wilayah ini merupakan jantung pertanian dan peternakan rakyat Palestina—sumber penghidupan utama bagi ratusan keluarga Badui dan petani tradisional.
Menurut Hasan Mleihat, koordinator Al-Baidar, terdapat 212 komunitas Badui di Tepi Barat, dan 64 di antaranya telah dipaksa hengkang. Sekitar 9.000 jiwa kehilangan tempat tinggal, sebagian besar tanpa suara, tanpa sorotan kamera dunia.
1821 Serangan, 1013 Syahid, 18 Ribu Ditangkap
Laporan resmi dari Badan Perlawanan Tembok dan Permukiman (organisasi pemerintah Palestina) mencatat bahwa sepanjang Juli 2025 saja, terjadi 1821 insiden serangan oleh militer dan pemukim Israel di Tepi Barat, termasuk Al-Quds Timur. Dari jumlah itu, 466 serangan dilakukan oleh pemukim. Empat warga Palestina syahid dalam gelombang serangan tersebut.
Sejak 7 Oktober 2023, bersamaan dengan agresi brutal di Gaza, pendudukan Israel juga menggencarkan operasi militer di Tepi Barat. Setidaknya 1.013 warga Palestina gugur, sekitar 7.000 luka-luka, dan lebih dari 18.500 orang ditangkap.
Di Gaza sendiri, genosida yang disokong penuh oleh Amerika Serikat telah menewaskan lebih dari 210 ribu orang—mayoritas anak-anak dan perempuan. Ribuan lainnya masih hilang, dan ratusan ribu kini hidup sebagai pengungsi di tanah yang dibakar. Kelaparan merenggut nyawa demi nyawa, sementara dunia masih diam.
Sumber: Al Jazeera, Lembaga-lembaga Palestina