Spirit of Aqsa- “Kamp Jabalia akan tetap menjadi duri di tenggorokan Israel sampai akhir zaman,” kata Nizar Rayan, pemimpin Hamas yang syahid pada 2009.

Tampaknya kata-kata tersebut menjadi kenyataan. Pada Ahad lalu, tentara Israel mengumumkan tewasnya Komandan Brigade 401, Kolonel Ihsan Daqsa, serta melukai seorang perwira lainnya dalam pertempuran di Jabalia, Gaza Utara.

Menurut para aktivis Palestina, kematian Daqsa adalah kehilangan terbesar bagi militer Israel sejak dimulainya operasi “Taufan Al-Aqsa” karena beberapa alasan:

Pertama, ia adalah perwira berpangkat tertinggi yang tewas. Daqsa adalah komandan Brigade 401, sebuah unit lapis baja elit dalam Divisi 162, yang dikenal dengan julukan “Baja Tumpul.”

Kedua, Daqsa memimpin operasi serangan di beberapa wilayah, termasuk Shifa, Zaitun, Beit Hanoun, Jabalia, dan Rafah. Dia dikenal sebagai dalang di balik kehancuran dan pembantaian, sehingga banyak yang menyebutnya “Hulagu.”

Beberapa aktivis juga menganggap kematian Daqsa sebagai bukti kemampuan Brigade Al-Qassam di lapangan, yang berhasil memilih target penting dan membunuh komandan militer Israel yang berpengaruh.

Daqsa tewas oleh Brigade Barat Jabalia, yang dikenal sebagai Brigade Syahid Imad Aqel. Ini merupakan salah satu dari tiga brigade yang dianggap Israel telah dibubarkan, tetapi ternyata masih beroperasi di bawah perlawanan.

Beberapa pengguna media sosial mengaitkan kematian Daqsa dengan penyergapan yang dilakukan Brigade Al-Qassam di Jabalia, di mana seorang pemuda yang menanam bahan peledak di sebuah tank Israel terlihat memakai sepatu yang usang. Meski begitu, ia berhasil membunuh komandan Brigade 401.

Seorang komentator menulis, “Itu adalah kekuatan iman. Keimanan pemuda ini dan rekan-rekannya untuk memperjuangkan tanah, kehormatan, dan masa depan umatnya dengan persenjataan sederhana, berhasil membunuh Komandan Brigade 401.”

Menanggapi serangan terhadap kepala biro politik Hamas, beberapa netizen menyoroti bahwa respons Al-Qassam sangat cepat dengan membunuh Kolonel Ihsan Daqsa bersama sejumlah perwira Israel lainnya.

Seorang netizen lainnya memuji perlawanan Palestina di Jabalia dan Gaza Utara, meski di tengah blokade, dengan mengatakan, “Tidak ada catatan sejarah sejak munculnya senjata api yang dapat dibandingkan dengan ketahanan luar biasa perlawanan Palestina di bawah pimpinan Brigade Al-Qassam, menghadapi perang pemusnahan yang didukung Amerika Serikat dengan alat-alat Israel.”

Sumber: Al-Jazeera, Media Sosial

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here