Spirit of Aqsa, Palestina – Pemandangan Masjid Al-Aqsa sepuluh terakhir Ramadhan Meriah dengan tenda-tenda i’tikaf. Puluhan tenda didirikan menebarkan warna-warna cerah di halaman masjid.
Suasana itu membangkitkan kebahagiaan dalam jiwa para peserta i’tikaf. Itu terlihat dari sumringah wajah-wajah mereka. Tahun ini, ada ribuan yang didirikan. Lebih banyak dari tahun-tahun kemarin.
Umat Islam tak sekadar i’tikaf saja, namun juga bersiaga menghadapi serangan ekstrimis Yahudi maupun tentara penjajah Israel yang bisa datang kapan saja. Di sisi lain, tenda-tenda i’tikaf itu merupajan simbol perlawanan dan penolakan terhadap rencana Yahudi menyembelih qurban paskah di kompleks Masjid Al-Aqsa.
Bersiaga dan i’tikaf
Fungsi tenda-tenda tersebut tidak hanya sebatas untuk makan berbuka dan sahur saja, namun juga menghadirkan lingkaran-lingkarang majlis tasbih dan zikir, serta pembacaan syair-syair dan doa-doa. Majelis itu dihiasi dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Tenda-tenda ini menarik ratusan pemuda dari Al-Quds dan penduduk wilayah yang diduduki penjajah Israel pada 1948 (Palestina 48). Mereka datang bersama keluarga atau pun teman-teman sebayanya. Mereka saling menguatkan dalam misi bersiaga di dalam masjid dan mendapatkan pahala i’tikaf.
Amir Badr, anak muda dari wilayah Palestina 48, adalah salah satunya. Dia menutup restoran dan memilih bersiaga dan i’tikaf di Masjid Al-Aqsa. Dia mengaku sangat bahagia saat bisa mencapai Al-Aqsa.
“Siapa yang telah mencicipi kenikmatannya maka dia akan tahu rara kebahagiaan itu. Dan siapa yang tahu rasanya, pasti dia akan i’tikaf,” kata Badr, dikutip laman Palinfo, Rabu (27/4/2022).
Dia mengatakan, siapa saja yang belum berkunjung ke Al-Aqsa telah kehilangan banyak hal. Masjid Al-Aqsa menjadi tempat yang sangat tepat untuk menenangkan pikiran dan jiwa.
“Anda merasakan bahwa ruh Anda berafiliasi ke daerah ini. Saya memiliki kemampuan untuk membuka restoran saya di masa-masa ini, tetapi saya lebih suka beri’tikaf,” kata Badr.
Berlomba-lomba Cari Spot I’tikaf di Masjid Al-Aqsa
Aktivis Palestina 48, Ibrahim Khalil, menekankan pentingnya kehadiran individu dan jamaah untuk bersiaga di halaman Masjid Al-Aqsa. Tenda-tenda i’tikaf itu juga sangat penting, karena bisa saling memperkuat hubungan umat Islam dengan Masjid Al-Aqsa. I’tikaf di masjid adalah salah satu kebutuhan fase yang mengarah pada penanaman koneksi di tempat itu.
Sementara Khadija Khuweis yang selama ini bersiaga di dalam Masjid al-Aqsha mengatakan, kemuliaan bersiaga di Masjid Al-Aqsa tidak terbatas hanya pada pria saja, tetapi para wanita. Kaum Hawa juga ramai mendapatkan kemuliaan siaga dan i’tikaf. Mereka selalu bergegas agar bisa mendapatkan tempat i’tikaf di halaman masjid.
“Kemuliaan wanita Palestina ketika mampu bersiaga dan I’tikaf siang dan malam di Masjid Al-Aqsa,” kata Khuweis.
Kehadiran wanita muslimah di Masjid sangat penting. Mereka selalu bersiaga saat penjajah Israel menyerbu tempat untuk untuk melancarkan paskah Yahudi di Al-Aqsa. Ratusan muslimah datang setiap saat untuk shalat.
Para wanita-wanita itu membuat Majelis dzikir dan membaca Al-Qur’an. Bahkan, mereka berbagi tugas untuk menghadang serbuan imigran ilegal Yahudi yang ingin menyembelih Qurban Paskah di kompleks Al-Aqsa.
Para muslimah itu tak hanya ikut berada di garis depan bersama pemuda-pemuda Palestina. Namun, mereka juga menyediakan buka puasa bagi para murabithin dan murabithat.
“Para wanita yang bersiaga di masjid menyiapkan makanan berbuka untuk kaum lelaki yang bersiaga di dalam masjid, yang sepanjang siang dan malam terus membela kehormatan seluruh umat,” kata Hanadi Hulwani, salah seorang tokoh wanita yang bersiaga di dalam Msjid al-Aqsha.
“Di jalan para Mujahidin, kami akan menyelesaikan apa yang kami mulai: bersiaga, menghadapi serangan bertubi penjajah Israel,” kata Hanadi melanjutkan.