RAMALLAH — Gelombang kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat kembali meningkat tajam. Di bawah perlindungan pasukan pendudukan, kelompok pemukim bersenjata melancarkan serangan di berbagai wilayah pada Jumat (31/10/2025). Laporan terbaru dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mencatat sedikitnya 60 serangan dilakukan oleh pemukim Israel hanya dalam waktu satu minggu, menunjukkan pola kekerasan yang semakin sistematis dan terencana.
Sumber lapangan melaporkan kepada Al Jazeera bahwa puluhan pemukim menyerang desa di sekitar Kawasan Susiya, melempari rumah-rumah warga dengan batu sebelum akhirnya diusir penduduk lokal. Bukannya melindungi korban, polisi Israel justru masuk ke desa setelah kejadian untuk menekan warga.
Di Masafir Yatta, Hebron, seorang pemukim mengusir petani lanjut usia dari lahannya dan melarangnya memanen zaitun, sementara kawanan ternak milik pemukim dibiarkan merusak lahan subur. Di Deir Dibwan, timur Ramallah, dua mobil warga Palestina dibakar, sementara serangan serupa juga dilaporkan di wilayah antara Kafr Qaddum dan Beit Lid, di mana penduduk setempat berusaha keras menahan amukan pemukim.
Salah satu kisah yang mengguncang hati datang dari keluarga Jalal al-‘Amur di Masafir Yatta. Setelah rumahnya berulang kali dihancurkan oleh otoritas Israel dengan dalih “tanpa izin,” keluarga beranggotakan sepuluh orang itu memilih berlindung di sebuah gua.
Namun pada 21 Oktober lalu, mereka terkejut mendapati pemukim Israel telah menduduki gua tersebut, mengibarkan bendera Israel, dan mengklaimnya sebagai milik pribadi. Kini keluarga al-‘Amur bertahan di dekat gua, berjuang bersama para aktivis dan relawan untuk menuntut hak mereka kembali.
“Ini rumah saya,” ujar al-‘Amur dengan suara tegas. “Saya tidak akan meninggalkannya. Saya akan bertahan di sini sampai dikembalikan.”
Menurut aktivis setempat, kekerasan di Masafir Yatta terus meningkat sejak berdirinya pos-pos pemukiman ilegal baru yang dijadikan basis untuk menyerang warga Palestina dan memaksa mereka hengkang. Laporan PBB menyebut bahwa musim panen zaitun tahun ini menjadi yang paling rusak dalam satu dekade, dengan sedikitnya 17 petani Palestina terluka akibat serangan pemukim.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu, dan Media Palestina










