Otoritas pendudukan Israel kembali memperluas kontrol ilegalnya atas tanah milik warga Palestina. Kali ini, sedikitnya 70 donam lahan di sejumlah desa di Provinsi Nablus dirampas untuk kepentingan militer dan permukiman ilegal.
Dalam pernyataan resminya, Otoritas Perlawanan Tembok dan Permukiman Palestina menyebut militer Israel mengeluarkan perintah militer untuk menyita lahan dari desa Qaryut, Al-Lubban al-Sharqiyah, dan As-Sawiyah. Perampasan tanah itu dilakukan melalui apa yang disebut Israel sebagai “perintah penempatan tangan” untuk alasan keamanan dan militer.
Lembaga tersebut menjelaskan, langkah itu bertujuan mendirikan zona penyangga (buffer zone) di sekitar permukiman ilegal “Eli”, yang dibangun di atas tanah warga Palestina. Ironisnya, Israel mengumumkan perintah perampasan itu hanya satu pekan sebelum tenggat keberatan hukum, membuat warga dan pemilik tanah tak memiliki ruang untuk mempertahankan hak mereka.
Sejak awal tahun ini, militer Israel telah mengeluarkan 53 perintah militer serupa yang menyita ratusan donam tanah Palestina di Tepi Barat dengan dalih keamanan. Namun, organisasi HAM Palestina menilai langkah itu sebagai strategi sistematis Israel untuk mempercepat perluasan permukiman ilegal dan mengubah demografi wilayah secara paksa.
Penyerangan dan Penculikan di Tepi Barat
Bersamaan dengan eskalasi perampasan tanah, pasukan pendudukan Israel kembali menggelar penyerangan militer besar-besaran di berbagai wilayah Tepi Barat, sejak dini hari Ahad (19/10).
Sedikitnya 11 warga Palestina diculik, termasuk seorang perempuan. Penangkapan berlangsung di Ramallah, Nablus, dan Jenin:
- Di Ramallah, pasukan Israel menyerbu Desa Al-Mazra’ah al-Gharbiyah dan Al-Mughayyir, menculik empat pemuda setelah mengobrak-abrik rumah mereka.
- Di Nablus, serangan terjadi di Distrik Rafidia dan desa Beit Wazan, Kafr Qallil, dan An-Naqurah, di mana seorang remaja ditangkap dari rumah keluarganya.
- Di Jenin, pasukan Israel menyerbu Kota Qabatiya dan menangkap seorang pemuda setelah menghancurkan isi rumahnya.
- Di Ya’bad, pasukan Israel menggeledah rumah-rumah warga, pabrik minyak zaitun, serta toko, sambil menerbangkan drone pengintai di atas area permukiman.
Serangan militer rutin Israel ini membuat ketegangan di Tepi Barat terus meningkat, terutama sejak agresi Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.
Konteks Lebih Luas: Penindasan Sistematis
Sejak awal agresi brutal Israel di Jalur Gaza, aksi kekerasan dan penindasan Israel di Tepi Barat meningkat tajam:
- 1.056 warga Palestina syahid di Tepi Barat sejak Oktober 2023
- 10 ribu lainnya luka-luka
- Lebih dari 20 ribu warga Palestina ditangkap, termasuk 1.600 anak-anak
Organisasi HAM menegaskan bahwa perampasan lahan, ekspansi permukiman ilegal, dan kampanye penangkapan besar-besaran menunjukkan bahwa Israel tidak hanya melakukan agresi militer di Gaza, tetapi juga mempercepat proyek kolonialnya di Tepi Barat.