Gaza (16/10) – Israel belakangan gencar mendesak pengembalian jenazah para tawanannya di Gaza, menuntut proses cepat dan rapi seolah-olah situasinya normal. Padahal Gaza saat ini hancur total akibat agresi militer Israel sendiri: jalan-jalan porak poranda, bangunan rata dengan tanah, alat berat tidak bisa beroperasi karena blokade bahan bakar, dan ribuan korban (baik warga sipil maupun tawanan Israel) masih terkubur di bawah reruntuhan.

Evakuasi Jenazah dalam Situasi Mustahil

Koresponden Al Jazeera, Hani Mahmoud, menggambarkan Gaza saat ini sebagai “laut puing tak berujung”. Tim penyelamat Palestina kesulitan menjangkau banyak lokasi reruntuhan karena:

Bangunan yang hancur total akibat pemboman bertubi-tubi IDF, membuat struktur puing tidak stabil untuk digali secara manual.

Alat berat tidak dapat dioperasikan, karena bahan bakar diblokir Israel.

Ancaman serangan lanjutan membuat upaya penyelamatan sering tertunda bahkan dihentikan.

Dalam kondisi seperti ini, mengharapkan proses evakuasi berjalan cepat adalah hal yang tidak realistis, terlebih ketika pihak yang menuntut justru pihak yang menyebabkan kehancuran tersebut.

Tuntutan Israel vs Fakta Kemanusiaan

Beberapa jenazah tawanan telah diserahkan Hamas melalui Palang Merah Internasional (ICRC). Namun Israel tetap melontarkan keluhan bahwa prosesnya lambat dan tidak transparan.

Ironinya, ribuan warga Palestina yang juga menjadi korban pembantaian justru tidak masuk dalam daftar prioritas pembicaraan internasional.

Bagi Israel,

Satu mayat Israel = isu global,

Ribuan mayat Palestina = statistik belaka.

Tuntutan Israel atas jenazah para tawanannya boleh diklaim sebagai konteks kemanusiaan. Namun menjadikannya alasan untuk menekan pihak lain tanpa mengakui tanggung jawab atas kehancuran yang mereka timbulkan adalah bentuk kemunafikan moral.

Sulitnya evakuasi di Gaza bukan karena kelalaian pihak Palestina, melainkan karena Israel sendiri telah mengubah wilayah itu menjadi kuburan massal terbuka.

Sebelum menuntut lebih keras soal mayat tawanan, Israel seharusnya bercermin: siapa yang membuat keadilan, kemanusiaan, dan bahkan pemakaman yang layak menjadi mustahil di Gaza?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here