Perang yang dilancarkan Israel sejak Oktober 2023 telah menghancurkan sistem layanan kesehatan di Gaza. Serangan bertubi-tubi tidak hanya menargetkan permukiman dan infrastruktur sipil, tapi juga fasilitas kesehatan yang menjadi tumpuan warga sipil bertahan hidup.

Hingga kini, hampir 170 ribu warga Gaza mengalami luka-luka akibat serangan militer Israel. Ribuan di antaranya membutuhkan perawatan jangka panjang, termasuk rehabilitasi patah tulang, perawatan luka bakar, hingga operasi rekonstruksi. Ratusan orang kehilangan anggota tubuh, sebagian lainnya mengalami kelumpuhan permanen dan kebutaan.

Namun sebagian besar dari mereka tidak mendapat perawatan layak. Layanan kesehatan di Gaza nyaris runtuh total. Sedikitnya 38 rumah sakit dan puluhan pusat kesehatan hancur atau dipaksa tutup akibat serangan. Rumah sakit yang tersisa pun kekurangan tenaga medis, peralatan operasi, bahkan pasokan listrik dan oksigen untuk ruang gawat darurat.

Di saat dunia menyerukan penghentian serangan terhadap fasilitas medis, krisis kemanusiaan di Gaza makin dalam. Wilayah itu kini juga diguncang kelaparan parah, dengan satu dari empat anak mengalami malnutrisi akut. Lembaga kemanusiaan memperingatkan, ancaman kelaparan massal kini menyebar cepat dan berpotensi memicu kematian lebih besar dibandingkan serangan bersenjata.

Perang belum berhenti. Tapi di Gaza, ancaman terbesar bukan hanya bom, melainkan runtuhnya hak paling dasar: hak untuk hidup dan mendapatkan perawatan medis.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here