Rumah sakit di Jalur Gaza belum menerima satu pun bantuan medis sejak gencatan senjata dimulai 72 jam lalu. Hal ini disampaikan Direktur Rumah Sakit al-Shifa di Gaza Utara, Dr. Muhammad Abu Salmiya, yang memperingatkan bahwa kondisi ini mengancam nyawa ribuan warga yang sakit dan terluka.
“Ini sangat mengkhawatirkan. Nyawa pasien dan korban luka dalam bahaya, sementara gelombang warga yang kembali ke Gaza City terus bertambah,” kata Abu Salmiya kepada Al Jazeera.
“Kami berpacu dengan waktu hanya untuk memberikan layanan kesehatan dasar bagi para pengungsi yang kembali.”
Ia menjelaskan bahwa bahkan sebelum perang dua tahun lalu, sistem kesehatan Gaza sudah runtuh akibat blokade. Kini, situasinya jauh lebih buruk.
“Kami membutuhkan konvoi bantuan medis dalam jumlah besar. Dalam tiga bulan pertama saja, kami butuh ribuan truk karena sektor kesehatan benar-benar hancur,” ujarnya.
Abu Salmiya merinci kebutuhan mendesak: ruang operasi darurat, obat bius dan perawatan bedah, tenaga medis tambahan, peralatan untuk operasi ortopedi dan bedah saraf, serta fasilitas perawatan kanker.
“Pasien kanker di Gaza sudah dua tahun tidak mendapatkan perawatan apa pun,” tegasnya.
Ia menambahkan, ribuan pasien di Gaza juga harus dirujuk keluar wilayah untuk menjalani perawatan lanjutan yang tak lagi tersedia di rumah sakit yang masih bertahan.