Pemandangan di Kota Gaza penuh kesedihan. Euforia sementara setelah gencatan senjata berubah menjadi duka ketika warga yang kembali hanya menemukan kehancuran.
Banyak dari mereka pulang untuk melihat kondisi rumah dan menilai apakah keluarga mereka bisa kembali tinggal di Kota Gaza. Namun yang mereka temukan justru kenyataan pahit, sebagian besar lingkungan rata dengan tanah, jalan hancur, dan bangunan berubah menjadi puing.
“Tidak ada yang tersisa. Kami bahkan tak bisa lagi mengenali kampung kami sendiri,” kata warga, dikutip Al Jazeera.
Inilah jejak pembantaian berkepanjangan Israel di Gaza, kota yang dulunya dipenuhi kehidupan kini tinggal reruntuhan. Banyak keluarga mengaku bahkan tak mampu membayar ongkos perjalanan kembali ke wilayah utara Gaza. Dua tahun pembantaian membuat mereka kehilangan pekerjaan, sumber penghasilan, dan tabungan.
Mereka kini hidup tanpa kebutuhan dasar. Air bersih minim, makanan terbatas, tempat tinggal tidak ada, dan rasa aman semakin jauh. Selain itu, layanan kesehatan lumpuh dan truk bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan untuk kembali masuk ke Kota Gaza.
Bagi ribuan warga Palestina, bertahan hidup kini menjadi perjuangan harian. Harapan mereka sederhana, bisa melewati satu hari lagi.