Gerakan Perlawanan Islam Hamas menegaskan bahwa pembantaian yang dilakukan Israel di Distrik Al-Sabra, Gaza Tengah, pada Kamis malam (9/10) merupakan upaya sengaja untuk mengacaukan dan menunda pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata yang tengah difinalkan.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menyerukan kepada para mediator, termasuk pemerintah Amerika Serikat, untuk memikul tanggung jawab moral dan hukum atas kejahatan brutal yang terus dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina. Hamas menuntut intervensi segera untuk menghentikan pembantaian yang secara sistematis menargetkan anak-anak dan warga sipil tak bersenjata.
Menurut pernyataan tersebut, “pembantaian biadab” yang dilakukan pesawat tempur Israel dengan mengebom rumah keluarga Ghaboun di wilayah barat Gaza menyebabkan lebih dari 70 warga sipil syahid dan terluka, sementara banyak korban lainnya masih tertimbun di bawah reruntuhan.
Hamas menegaskan, pembantaian ini bukan tindakan militer biasa, tetapi operasi politik berdarah yang dimaksudkan untuk “mengacaukan upaya mediator, memblokir kemajuan kesepakatan gencatan senjata, dan memperpanjang agresi terhadap Gaza.”
Pernyataan tersebut menambahkan, “Pembantaian yang menargetkan warga sipil (anak-anak, perempuan, dan lansia) mengungkap wajah asli entitas Zionis yang haus darah dan menegaskan bahwa pemerintah fasis Netanyahu bertekad melanjutkan genosida hingga detik terakhir.”
Eskavasi Kobaran Perang: Serangan di Tengah Negosiasi
Sebelumnya pada Kamis petang, Pertahanan Sipil Palestina melaporkan sedikitnya 4 warga Palestina syahid dan 40 lainnya hilang setelah serangan udara Israel menghantam rumah keluarga Ghaboun di Jalan Al-Thalathini, Distrik Al-Sabra, Gaza.
Tim penyelamat masih berupaya mengevakuasi korban dari bawah reruntuhan dalam kondisi yang “sangat berbahaya dan penuh tekanan serangan lanjutan”.
Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tercapainya kesepakatan awal tahap pertama gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.
Media Israel melaporkan bahwa serangan Al-Sabra diizinkan langsung oleh Kepala Staf militer Israel Eyal Zamir, sementara juru bicara militer Israel Avichay Adraee mengklaim serangan tersebut menargetkan “sel Hamas yang menjadi ancaman langsung”.
Pertemuan Kabinet Israel Tertunda di Tengah Tekanan Politik
Hingga Kamis malam, Dewan Kabinet Keamanan Israel (kabinett) masih bersidang tanpa mencapai suara final terkait kesepakatan gencatan senjata, sementara sidang kabinet pemerintahan diperpanjang. Menurut Yedioth Ahronoth, bila disetujui, kesepakatan akan diberlakukan dalam waktu 24 jam.
Israel mengklaim 48 tawanan Israel masih berada di Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup.
Sementara itu, lebih dari 11.100 warga Palestina ditahan Israel dalam kondisi penyiksaan, kelaparan, dan penelantaran medis.
Sejak 8 Oktober 2023, Israel menjalankan kampanye militer yang dikategorikan sebagai genosida di Gaza, menyebabkan 67.194 warga Palestina syahid dan melukai 169.890 lainnya.
Kelaparan yang diciptakan secara sistematis telah merenggut 460 jiwa, termasuk 154 anak-anak.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu