Selama dua tahun terakhir, kebijakan genosida Israel di Gaza tidak hanya menghancurkan infrastruktur dan rumah-rumah, tetapi juga menimpa 208 dari 325 situs arkeologi dan warisan budaya di wilayah itu, termasuk beberapa artefak langka yang dicuri. Aktivis dan lembaga hak asasi menilai ini sebagai “upaya sistematis untuk menghapus identitas budaya dan peradaban rakyat Palestina.”
Gaza dikenal sebagai salah satu kawasan bersejarah tertua, dengan jejak peradaban Mesir, Yunani, Romawi, Bizantium, Kanaan, Fenisia, hingga era Mamluk dan Ottoman. Situs-situs utama terpusat di kota tua Gaza, seperti Al-Balad, yang mencakup kawasan Shuja’iya, Zaytoun, Al-Tuffah, dan Al-Daraj, yang kini hancur akibat serangan udara dan artileri. Situs penting yang rusak antara lain:
- Masjid Al-Omari: Masjid terbesar ketiga di Palestina, rusak parah pada Desember 2023.
- Gereja St. Porphyrius: Gereja tertua di Gaza, terkena dua serangan pada Oktober 2023.
- Masjid Katib Waliyya dan Masjid Al-Sayyid Hashim, mengalami kerusakan serius akibat pengeboman.
- Rumah Sakit Al-Ahli Arab (Injili): Situs bersejarah yang terkait dengan pembantaian besar akibat serangan Israel.
- Istana Pasha: Contoh arsitektur Mamluk-Ottoman, sebagian besar hancur pada Desember 2023.
- Pasar Kaisaria dan Pasar Az-Zawiya, serta Hammam Al-Samra, hilang atau rusak akibat pengeboman.
Selain penghancuran, Israel juga menjarah artefak dan meratakan lokasi-lokasi arkeologi, termasuk gudang artefak Gaza dan pelabuhan kuno Anthidon. Direktur Museum Istana Pasha, Nariman Khalla, menyatakan: “Militer Israel berusaha menghapus identitas Palestina dengan memusnahkan jejak peradaban di Gaza.”
Kerugian perang juga mencakup 67 ribu syahid dan lebih dari 169 ribu luka, mayoritas anak-anak dan wanita, serta kelaparan yang menewaskan ratusan warga. Kekhawatiran global muncul terkait hilangnya warisan budaya Gaza dan perubahan kota ini dari simbol peradaban menjadi puing-puing.
Sumber: Anadolu Agency