Dua hari setelah Benjamin Netanyahu (yang kini menjadi buronan Mahkamah Pidana Internasional) mengumumkan dimulainya operasi “Arbāt Gideon 2” untuk menduduki Kota Gaza, militer Israel langsung memberlakukan cincin api dari udara dan artileri yang mencekik jantung kota.

Menurut laporan Nisiba Musa untuk Al Jazeera, serangan brutal itu menghantam seluruh bentangan Gaza: dari timur (zaitun, Sabra, dan Shuja’iyya) hingga ke barat (pantai dan Tel al-Hawa) melintasi Sheikh Radwan, Tuffah, dan Daraj.

Dalam operasi ini, Israel mengerahkan divisi 162, 98, dan 36, meski hingga kini tak ada tanda pergerakan nyata ke dalam kota. Pasukan tetap bertahan di posisi lama, menyiapkan tiga poros utama di timur laut, barat laut, dan selatan Gaza sebagai pijakan untuk invasi darat berikutnya.

Poros barat laut (Sudaniya): tank-tank Israel menembaki kawasan padat penduduk di Tu’am, Karama, dan sekitar markas intelijen.

Poros utara (Sheikh Radwan – Safatawi): pasukan menargetkan wilayah Jalā’ dan Sheikh Radwan.

Poros selatan (Tel al-Hawa – kampus universitas): Israel menguasai Jalan 8 dan 10, lalu menempatkan “robot tempur ringan” sambil menggempur menara hunian penuh pengungsi.

Hingga kini, peran pasukan di tiga poros itu masih terbatas: membombardir permukiman sipil, memaksa warga mengungsi, dan meratakan ruang hidup, semata-mata untuk membuka jalan bagi masuknya pasukan darat dan brigade lapis baja.

Israel bukan sekadar memerangi kelompok bersenjata, melainkan menjalankan strategi penghancuran total kota agar invasi berjalan tanpa perlawanan, dengan rakyat Gaza dijadikan korban pertama dan utama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here