Dalam analisis tajam yang dibumbui sarkasme, penulis sayap kiri Israel, Gideon Levy, menyoroti fenomena baru di kalangan militer Israel: para perwira yang mengenakan topeng hitam saat diwawancarai di televisi.

Menurut Levy, Israel menutupi wajahnya mungkin karena rasa malu, rasa bersalah, atau ketakutan, dan kemungkinan ketiganya sekaligus. Tren baru ini telah mengubah apa yang dulunya disebut “tentara rakyat” menjadi apa yang ia sebut “tentara topeng”.

Levy menjelaskan bahwa beberapa perwira senior, ketika diwawancarai oleh media lokal, tampil dengan topeng hitam, menyerupai perampok bank, dengan hanya mata yang terlihat. Para pilot menjadi yang pertama muncul di layar dengan helm megah dan kacamata gelap, untuk menghindari pengenalan publik. Awalnya, langkah ini dimaksudkan agar pilot tidak dikenali jika suatu malam ditangkap, sehingga mereka bisa mengaku sebagai pegawai administrasi biasa.

Namun, Levy menegaskan bahwa penggunaan topeng ini bukan sekadar strategi perlindungan pribadi, melainkan mencerminkan ketakutan yang lebih dalam terhadap penuntutan hukum internasional. Setelah meningkatnya kejahatan militer di Gaza, pilot dan perwira kini menghadapi risiko dituntut di Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag atas dugaan kejahatan perang.

Bahkan pengawal pribadi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu (yang kini menjadi buronan hukum internasional atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan) beserta sejumlah menteri, juga mulai mengenakan masker medis hitam, menambah nuansa “absurd dan menjijikkan” pada pemandangan puluhan pengawal mengelilingi satu orang, dengan wajah tampak tegang dan serius.

Levy menekankan bahwa topeng militer dan pakaian pengawal bukan sekadar ekspresi narsisme atau humor gelap, melainkan cerminan realitas luas: beberapa perwira cadangan yang memasuki Gaza minggu ini tahu mereka diperintahkan melakukan kejahatan perang, dan tetap melaksanakannya.

Menurutnya, topeng seharusnya mempermudah tugas mereka, namun justru menyingkap apa yang mereka sembunyikan dan takutkan. Levy membandingkan tindakan itu seperti perampok bersenjata yang menutup wajahnya karena tahu aksinya melanggar hukum, tidak etis, dan berbahaya.

Fenomena yang sama berlaku bagi perwira Israel yang menuju Gaza; mungkin sebagian merasa malu atas tindakan mereka, meski Levy meragukan itu, karena “perampok juga jarang merasa malu, mereka hanya takut tertangkap.” Kekhawatiran terbesar sekarang adalah diadili di Den Haag.

Levy menutup tulisannya dengan tegas: “Tentara yang memaksa perwiranya mengenakan topeng hitam adalah tentara yang menyadari dalam hatinya bahwa mereka melakukan kejahatan, meski tak mengakuinya.” Ia menambahkan bahwa citra mengejutkan ini bisa membuka mata publik Israel terhadap kebenaran pahit yang selama ini disembunyikan.

Sumber: Haaretz

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here