Hampir seluruh wilayah Gaza, sekitar 82,4% dari total luas 365 km persegi, telah berubah menjadi zona bahaya akibat agresi brutal pasukan Israel. Kini, hampir dua juta warga Palestina terpaksa bertahan hidup di sisa 17,6% wilayah yang sempit dan tak layak huni. Peta kejahatan ini disusun oleh Kantor Verifikasi Berita “Sanad” milik Al Jazeera, berdasarkan analisis gambar satelit dan data perintah evakuasi Israel dari 18 Maret hingga 20 Juli 2025.
Wilayah antara Deir Al-Balah dan Khan Younis (termasuk koridor Khuza’ah dan Kissefim) telah dinyatakan tidak aman. Satu-satunya jalur penghubung, Jalan Pesisir Rashid, masih belum tergolong zona merah, namun semakin padat oleh gelombang pengungsi.

Peta Neraka: 300 Km Persegi yang Dikosongkan Paksa
Data menunjukkan lebih dari 300,6 km persegi wilayah Gaza telah diperintahkan untuk dikosongkan, setara 82,4% luas keseluruhan. Kini hanya tersisa 64,2 km persegi wilayah terpisah-pisah yang dihuni secara darurat oleh jutaan pengungsi. Dalam dua hari terakhir saja, 9 blok padat pengungsi di Deir Al-Balah telah diperintahkan kosong, padahal area itu penuh tenda dan manusia yang bertahan dengan secuil harapan.

Kemanakah Mereka Harus Pergi?
UNRWA menggambarkan situasi ini sebagai pengusiran berulang yang tak berkesudahan. “Ke mana lagi mereka harus pergi?” tulis lembaga PBB itu dalam unggahan di platform X. Tak ada tempat yang aman. Warga kelaparan, tanpa akses pangan dan air, sementara serangan udara tak kunjung henti. “Bantuan harus masuk. Distribusi harus aman. Gencatan senjata harus segera,” tegas UNRWA.
Gambar Satelit: Warga Gaza Menunggu Makanan di Bawah Bidikan Sniper
Gambar dari 13 Juli memperlihatkan ribuan warga Gaza berjalan kaki dari Deir Al-Balah dan Khan Younis menuju titik bantuan Amerika di kawasan Rafah yang dikenal dengan nama “Al-Shakoush”. Di sana, mereka menunggu berjam-jam (bahkan hingga seharian penuh) di tengah terik dan kelaparan, hanya untuk mendapat satu bungkusan makanan.
Namun harapan itu kerap sirna. Mereka harus menembus penjagaan ketat pasukan Israel, di bawah bayang-bayang tembakan, sniper, dan kendaraan lapis baja. Beberapa mencoba berlindung di gundukan pasir yang mereka sebut “Al-Jurah” (lubang maut), tempat ribuan orang bertahan dari peluru dan lapar sekaligus.
Pusat Bantuan Berubah Jadi Perangkap Maut
Pada 14 Juli, video yang diverifikasi oleh Sanad memperlihatkan pasukan Israel menembaki warga yang sedang mengantre di Al-Jurah, tak jauh dari titik distribusi bantuan Rafah. Pemerintah Gaza menyebut tempat ini sebagai “Perangkap Maut”, 877 warga sipil telah syahid, lebih dari 5.666 lainnya terluka, dan 42 masih hilang.
Gaza bukan lagi wilayah konflik biasa. Ini adalah blokade genosida yang memenjarakan dua juta manusia di tanah yang nyaris tak tersisa. Dunia tak bisa lagi diam. Penjajahan ini bukan hanya soal peluru dan rudal, tapi soal rencana sistematis untuk menghapus eksistensi satu bangsa, satu per satu, meter demi meter.