Sejumlah keluarga Palestina mulai meninggalkan rumah mereka pada Kamis malam (3/7) di permukiman Arab Al-Mlihath, wilayah Badui di barat laut kota Ariha, Tepi Barat, akibat terus berlanjutnya serangan dan intimidasi dari pemukim Yahudi bersenjata dan tentara Israel.
Sumber Palestina menyebut para pemukim memaksa 20 keluarga Palestina untuk mengosongkan rumah mereka secara paksa di kawasan Arab Al-Mlihath.
Warga setempat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa puluhan pemukim bersenjata sejak Rabu telah mendirikan pos permukiman baru di lahan milik warga. Pada Kamis malam, mereka mengerahkan lebih banyak pemukim untuk menyerang penduduk, memaksa mereka meninggalkan rumah demi keselamatan.
Hassan Mlihath, Koordinator Umum Lembaga Al-Baydar untuk Perlindungan Hak Badui, kepada Anadolu Agency menjelaskan, “Sekitar 14 dari 85 keluarga di Arab Al-Mlihath sudah mulai membongkar tenda mereka dan pergi karena provokasi dan serangan terus-menerus dari pemukim dan tentara Israel.”
Ia menekankan bahwa seluruh keluarga di sana (sekitar 500 jiwa) kini terancam terusir, terlebih setelah pemukim menduduki lahan di sekitar permukiman. “Ini mengancam keberadaan desa Arab Al-Mlihath, sekaligus membuka jalan bagi perluasan permukiman ilegal,” ujarnya.
Hassan Mlihath juga menyebut apa yang terjadi di Arab Al-Mlihath sebagai “peringatan serius” bagi seluruh komunitas Palestina di Lembah Yordan, mendesak semua pihak untuk bersatu menolak agresi dan melindungi hak-hak rakyat.
Sebelumnya, pada Rabu, Mlihath mengungkap para pemukim telah mendirikan pos permukiman hanya 150 meter dari rumah warga. Mereka membawa ternak, mendirikan kandang, serta mendirikan tenda, menandai dimulainya pembangunan permukiman baru.
Ia juga melaporkan bahwa pemukim menyerbu rumah salah satu warga, mendudukinya, dan mengambil pakan ternak yang disimpan masyarakat Badui.
Menurut data Otoritas Penentangan Tembok dan Permukiman Palestina, serangan pemukim dan tentara Israel telah memaksa sekitar 30 komunitas Palestina di Tepi Barat mengungsi sejak Israel meningkatkan agresi bersamaan dengan serangan di Gaza.
Serangan gabungan di Tepi Barat, termasuk Al-Quds, telah menyebabkan setidaknya 989 warga Palestina syahid dan sekitar 7.000 lainnya luka-luka, menurut data Palestina.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan AS melancarkan genosida di Gaza yang mencakup pembunuhan massal, kelaparan, penghancuran, dan pengusiran paksa, sambil mengabaikan semua seruan internasional dan perintah Mahkamah Internasional.
Agresi ini telah menewaskan atau melukai lebih dari 192 ribu warga Palestina (mayoritas anak-anak dan perempuan) lebih dari 11 ribu lainnya hilang, ratusan ribu mengungsi, dan banyak yang meninggal karena kelaparan, termasuk puluhan anak.