Sebuah delegasi diplomatik Eropa pada Senin (1/7) mengunjungi Desa Kafr Malik di Tepi Barat yang diduduki, untuk melihat langsung dampak serangan brutal para pemukim Israel beberapa hari lalu yang menewaskan tiga warga Palestina dan melukai tujuh lainnya.
Dalam pernyataan yang diunggah di akun Facebook resminya, Gubernur Ramallah dan Al-Bireh, Laila Ghannam, mengungkapkan bahwa rombongan ini terdiri dari sekitar 20 duta besar dan perwakilan negara sahabat untuk Palestina, termasuk Duta Besar Kanada dan Inggris.
Mereka melakukan tur lapangan menyusuri rumah-rumah yang diserang, kendaraan-kendaraan yang dibakar, serta bertemu langsung dengan keluarga para syuhada yang kehilangan orang tercinta.
Ghannam menjelaskan bahwa dirinya memaparkan detail kekejaman yang dilakukan para pemukim dan tentara Israel di Kafr Malik, wilayah timur Ramallah.
Ia menegaskan bahwa tragedi Kafr Malik bukanlah insiden terpisah, melainkan bagian dari kebijakan sistematis yang dijalankan pemerintah ekstremis Israel di bawah pimpinan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Kebijakan ini, katanya, sengaja memberi perlindungan penuh bagi gerombolan pemukim untuk menggusur warga Palestina dari tanah mereka dalam skema kolonisasi yang terus meluas.
Seruan untuk Langkah Nyata
Ghannam meminta Uni Eropa dan komunitas internasional segera mengambil langkah politik nyata, bukan sekadar menulis laporan atau mengeluarkan pernyataan formal. Menurutnya, kelambanan dunia internasional hanya semakin menyuburkan kejahatan dan memberi ruang bagi Israel serta para pemukim untuk terus menumpahkan darah rakyat Palestina.
Sementara itu, Perwakilan Uni Eropa untuk Palestina, Alexander Stutzmann, mengatakan, “Kami semua mengikuti dengan sangat prihatin apa yang terjadi di Kafr Malik. Apa yang kami saksikan di sini benar-benar mengejutkan, menyakitkan, dan sama sekali tidak dapat diterima.”
Ia menegaskan, kekerasan demi kekerasan tak bisa dibenarkan. Tidak ada alasan untuk membunuh orang di dalam rumah mereka, merusak properti, membakar kendaraan, atau memaksa warga hidup dalam ketakutan di desanya sendiri.
Stutzmann menuntut agar kekerasan semacam ini dihentikan segera dan para pelakunya diadili. Menurutnya, tidak boleh ada kejahatan yang dibiarkan begitu saja tanpa pertanggungjawaban.
Ia menambahkan, tujuan utama kunjungan ini adalah menunjukkan solidaritas nyata Uni Eropa kepada rakyat Palestina sebagai bagian dari tanggung jawab moral dan kemanusiaan.
Ia juga menekankan bahwa serangan pemukim sudah mencapai tingkat yang “tidak lagi bisa ditoleransi”, sambil menegaskan kembali posisi Uni Eropa bahwa permukiman Israel adalah pelanggaran nyata hukum internasional dan menjadi penghalang utama bagi tercapainya perdamaian. Satu-satunya solusi, tegasnya, adalah terwujudnya solusi dua negara.
Serangan Pemukim Meningkat
Rabu lalu, tiga warga Palestina gugur dan tujuh lainnya luka-luka akibat serangan mematikan para pemukim di Kafr Malik, sebelah timur laut Ramallah, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Berdasarkan laporan kantor berita resmi Palestina, WAFA, puluhan pemukim menyerang desa, membakar mobil-mobil warga, sementara penduduk setempat bersama warga desa tetangga berusaha mempertahankan wilayah mereka.
Menurut data Otoritas Palestina untuk Urusan Tembok dan Permukiman, pada Mei lalu saja tercatat 415 serangan oleh pemukim terhadap warga Palestina dan properti mereka. Serangan itu mencakup penembakan, perusakan lahan, pembakaran pohon, hingga penggusuran paksa.
Sejalan dengan genosida di Gaza, tentara Israel dan para pemukim juga meningkatkan agresi di Tepi Barat, termasuk Al-Quds. Sejak 7 Oktober 2023, setidaknya 986 warga Palestina syahid dan sekitar 7.000 lainnya luka-luka di wilayah ini.
Sudah puluhan tahun Israel menduduki tanah Palestina, Suriah, dan Lebanon, serta menolak menarik diri dan mengakui kemerdekaan negara Palestina dengan Al-Quds sebagai ibu kota sesuai perbatasan sebelum perang 1967.