Militer Israel akhirnya mengakui bahwa pasukannya menyerang warga sipil Palestina yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan di Gaza. Pengakuan ini disampaikan pada Senin (30/6), disertai pernyataan bahwa “instruksi baru” telah diberikan kepada pasukan di lapangan, mengakuinya sebagai “pelajaran yang dipetik”.

Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 400 warga Palestina syahid saat mencoba mendapatkan bantuan sejak Israel membuka sebagian blokade yang sudah berlangsung 11 minggu, pada 19 Mei lalu. Sejak saat itu, bantuan kemanusiaan memang kembali masuk ke Gaza, meski dalam jumlah yang sangat terbatas.

Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut, “Setelah terjadinya insiden yang menyebabkan jatuhnya korban di kalangan warga sipil yang datang ke lokasi distribusi bantuan, dilakukan penyelidikan menyeluruh oleh komando selatan, dan pasukan diberikan instruksi baru berdasarkan hasil evaluasi.”

Militer juga mengaku bahwa serangkaian serangan terhadap warga Gaza masih dalam proses peninjauan.

Sementara itu, seorang pejabat senior PBB pada Minggu lalu menegaskan bahwa mayoritas korban jiwa adalah mereka yang berusaha mendatangi lokasi distribusi bantuan yang dikelola “Gaza Relief Foundation”, lembaga yang didukung oleh Amerika Serikat.

Lembaga ini mulai menyalurkan paket makanan ke Gaza sejak akhir Mei lalu. Namun, model distribusi yang mereka terapkan menuai kritik keras dan bahkan digambarkan oleh PBB sebagai metode yang “tidak netral”.

Banyak warga Gaza mengaku harus berjalan kaki berjam-jam untuk mencapai titik distribusi. Mereka terpaksa berangkat sebelum fajar, demi sekadar punya peluang membawa pulang sedikit makanan bagi keluarga.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun angkat bicara pada Jumat lalu, menyebut pola distribusi bantuan yang didukung Amerika Serikat di Gaza sebagai “tidak aman secara mendasar” dan justru “membunuh penduduk sipil”.

Israel dan AS mendesak agar PBB ikut mengelola distribusi lewat “Gaza Relief Foundation”, tetapi PBB menolak keras. PBB menilai lembaga itu tidak independen dan metode distribusi mereka hanyalah cara lain untuk “memiliterisasi bantuan”, sekaligus memaksa penduduk Gaza berpindah paksa dari tempat tinggal mereka.

Sumber: Reuters

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here