Organisasi kemanusiaan Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas menyerukan Uni Eropa untuk berhenti melontarkan pernyataan “kosong” terkait situasi kemanusiaan yang mengerikan di Gaza. MSF mendesak agar para pemimpin Eropa segera beralih dari sekadar kata-kata menuju aksi nyata, dengan menekan Israel agar menghentikan kejahatan perang yang terus berlangsung di wilayah Palestina yang terkepung itu.

Seruan ini dituangkan dalam surat terbuka yang ditujukan kepada para kepala negara anggota dan pimpinan lembaga-lembaga Uni Eropa, menjelang pertemuan tingkat menteri negara-negara anggota yang akan digelar pada 23 Juni mendatang di Brussel, dengan Gaza sebagai salah satu agenda utama.

Dalam surat yang telah dipublikasikan sejumlah media Eropa tersebut, MSF mendesak agar jalur bantuan kemanusiaan segera dibuka lebar untuk rakyat Palestina.

“Blokade terhadap Gaza bukanlah kebijakan keamanan yang sah, ini adalah kejahatan perang,” tegas MSF.

Organisasi medis internasional ini juga menyoroti urgensi evakuasi medis bagi ribuan warga yang terluka parah.

“Sekitar 13.000 orang, termasuk lebih dari 4.500 pasien, sangat membutuhkan evakuasi medis segera,” tulis MSF.

“Beberapa pemimpin Uni Eropa memang telah menegur Israel, namun teguran itu tidak berarti apa-apa bila tak disertai tindakan konkret untuk menghentikan pembantaian ini,” lanjut isi surat tersebut.

MSF juga mengecam negara-negara tertentu, tanpa menyebutkan nama, yang masih memasok senjata ke Israel.

“Senjata-senjata itu membunuh, membakar, dan menyebabkan cacat permanen bagi pasien-pasien yang kami rawat di Gaza. Ini harus dihentikan,” tegas MSF.

Dalam konferensi pers di Brussel, tak jauh dari markas institusi-institusi Uni Eropa, sejumlah pejabat MSF menyampaikan kesaksian tentang kondisi tragis yang dihadapi tim medis mereka di Gaza. Serangan udara dan perintah evakuasi yang tak kunjung henti membuat kerja penyelamatan nyawa menjadi nyaris mustahil.

“Kami tak lagi memiliki cukup tempat tidur di rumah sakit. Fasilitas dan alat medis pun sangat terbatas. Ini bukan kondisi yang bisa terus dibiarkan. Tidak ada nilai kemanusiaan di dalamnya,” ujar dr. Virginia Monetti, salah satu dokter MSF yang baru kembali dari Gaza.

Dia mencontohkan situasi di RS Nasser, Khan Younis, salah satu dari sedikit rumah sakit yang masih beroperasi sebagian, yang kini nyaris lumpuh total karena keterbatasan logistik dan membludaknya korban.

Tragisnya, sejak dua pekan terakhir, distribusi bantuan makanan pun menjadi ajang pembantaian. Warga Palestina yang mengantre di titik distribusi kerap diberondong peluru, menyebabkan banyak yang gugur karena luka tembak.

Masalah ini dipastikan akan menjadi sorotan utama dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri Uni Eropa pekan depan. Salah satu topik penting yang akan dibahas adalah kepatuhan Israel terhadap Pasal 2 dalam perjanjian kemitraannya dengan Uni Eropa, yang mewajibkan semua pihak menghormati hak asasi manusia dan prinsip demokrasi.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat bahwa jumlah korban akibat agresi brutal Israel sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 55.432 syahid dan 128.923 luka-luka.

Sumber: Al Jazeera, AFP

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here