Di tengah agresi brutal yang terus berlangsung di Gaza sejak Oktober 2023, otoritas pendudukan Israel kian mempercepat langkah untuk menguasai penuh Masjid Ibrahimi di kota Hebron.
Masjid yang diyakini berdiri di atas makam Nabi Ibrahim AS itu, kini semakin dijadikan simbol penjajahan dengan pembatasan total bagi umat Muslim dan langkah-langkah intensif untuk mengubahnya menjadi sinagoga Yahudi.
Terbaru, Israel menutup masjid secara total sejak Jumat lalu, bertepatan dengan pecahnya konfrontasi dengan Iran, dan hingga kini masih melarang masuk para imam, petugas masjid, maupun jemaah.
Menurut Kepala Kantor Wakaf Hebron, Menjid al-Ja’bari, tindakan ini bagian dari strategi terstruktur Israel untuk merampas otoritas penuh dari Kementerian Wakaf Palestina.
“Penutupan dan eskalasi pelanggaran ini adalah upaya nyata untuk mengusir warga dan mencabut kedaulatan kami atas masjid ini,” ujarnya.
Dari Pembantaian hingga Penjajahan Bertahap
Setelah tragedi berdarah 25 Februari 1994, ketika ekstremis Yahudi Baruch Goldstein membantai 29 Muslim saat salat Subuh, Israel menutup masjid selama enam bulan. Saat dibuka kembali, lebih dari 60% bagian masjid telah diubah menjadi sinagoga, dan seluruh area dikelilingi barikade militer serta pos pemeriksaan elektronik.
Israel kemudian menetapkan sistem giliran: masjid ditutup sepenuhnya 10 hari dalam setahun bagi umat Muslim, dan 10 hari bagi Yahudi. Tapi sejak agresi ke Gaza, Israel secara sepihak mengingkari perjanjian ini, masjid ditutup total saat Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Dalam hari raya Yahudi, pemukim ekstremis kerap memasang menorah dan bendera Israel di dinding masjid, serta menggelar tarian dan ritual Talmud.
Masjid yang Terus Dilecehkan
Masjid Ibrahimi terletak di kawasan Kota Tua Hebron, zona yang sepenuhnya dikuasai Israel pasca kesepakatan Hebron 1997. Daerah ini penuh dengan pos militer dan permukiman ilegal Yahudi yang memutus akses warga Palestina.
Pada 2017, UNESCO menetapkan Kota Tua Hebron dan Masjid Ibrahimi sebagai situs warisan dunia yang “terancam bahaya.”
Namun, sejak 7 Oktober 2023, serangkaian pelanggaran semakin memperjelas niat Israel untuk mencaplok masjid sepenuhnya.
Kronologi Langkah Pendudukan Sejak Oktober 2023:
8 Okt 2023: Masjid ditutup tanpa batas waktu; petugas wakaf dilarang masuk.
11 Jul 2024: Atap masjid ditutup seng plat dalam upaya mengubah bentuk arsitektur masjid, lalu dibuka kembali keesokan harinya setelah kecaman.
9–21 Okt 2024: Masjid ditutup selama hari raya Yahudi. Bahkan pada 11 Oktober, salat Jumat dilarang total.
4 Nov 2024: Anggota Knesset dari Likud menyerukan nasionalisasi masjid, menjadikannya situs Yahudi sepenuhnya.
22 Nov 2024: Ribuan pemukim menyerbu masjid dan sekitarnya, termasuk Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir.
26 Feb 2025: Israel secara sepihak mengambil alih wewenang renovasi masjid dari Kementerian Wakaf.
7, 11, 26 Mar 2025: Masjid tetap ditutup selama Ramadan dan malam Lailatul Qadar.
30 Mar 2025: Masjid tak dibuka penuh untuk salat Idul Fitri.
7 Apr 2025: Imam masjid dan staf diusir, ruang azan dan kantor wakaf dikunci.
15 Apr 2025: Masjid ditutup dua hari demi perayaan Paskah Yahudi.
14–16 Mei 2025: Ben Gvir memimpin pelanggaran terang-terangan; pasukan Israel menyerang jemaah Subuh.
6–13 Jun 2025: Masjid tetap ditutup saat Idul Adha, panel listrik masjid dikunci paksa, dan terakhir masjid ditutup total dengan dalih “keadaan darurat”.
Adzan Dilarang Ratusan Kali
Sepanjang 2024, adzan di Masjid Ibrahimi dilarang sebanyak 674 kali, dan masjid ditutup 10 kali oleh otoritas Israel, menurut laporan tahunan Kementerian Wakaf Palestina.
Masjid Ibrahimi bukan hanya situs suci umat Islam, ia adalah saksi bisu atas sistem penjajahan yang terus menggerus hak rakyat Palestina. Langkah demi langkah, masjid itu tengah direbut. Dunia tak boleh diam.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu