Agensi PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyampaikan pernyataan memilukan: lebih dari 50.000 anak di Gaza syahid atau terluka dalam kurun waktu 20 bulan terakhir. Ini bukan sekadar angka, melainkan salah satu catatan paling berdarah terhadap anak-anak dalam konflik modern.

UNRWA menegaskan bahwa warga sipil (termasuk anak-anak, tenaga medis, relawan kemanusiaan, dan jurnalis) terus menjadi korban setiap hari, di tengah bom dan pertempuran yang tak kunjung berhenti.

Pernyataan ini diperkuat oleh rilis resmi UNICEF. Edward Beigbeder, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, menyebut penderitaan anak-anak Gaza sebagai rangkaian “kekejaman yang tak terbayangkan.”

72 Jam yang Membuka Luka Kemanusiaan

Dalam waktu hanya tiga hari, dunia kembali dihadapkan pada realitas kelam: anak-anak yang hangus terbakar dan tercerai-berai tubuhnya dievakuasi dari reruntuhan rumah keluarga Al-Najjar di Khan Younis. Dari sepuluh saudara kandung yang masih di bawah usia 12 tahun, hanya satu yang selamat—dan itu pun dalam kondisi luka berat.

Beberapa hari kemudian, foto mengerikan seorang anak terjebak di dalam bangunan sekolah yang terbakar di Kota Gaza menjadi potret sunyi dari serangan yang menewaskan 31 orang, termasuk 18 anak-anak.

Anak-anak Itu Bukan Angka

“Anak-anak ini bukan sekadar statistik,” tegas Beigbeder. Mereka adalah korban dari daftar panjang kejahatan kemanusiaan:

  • Dibunuh dan dilukai secara langsung.
  • Dipaksa hidup dalam kelaparan dan pengungsian.
  • Disandera bantuan kemanusiaan.
  • Disaksikan hancurnya rumah, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas hidup mereka.

Sejak berakhirnya gencatan senjata 18 Maret lalu, 1.309 anak syahid dan 3.738 lainnya luka-luka, berdasarkan catatan UNICEF.

“Berapa Banyak Anak Lagi Harus Syahid?”

“Berapa anak lagi yang harus disiarkan jasadnya sebelum dunia bertindak?” tanya Beigbeder dalam nada getir.

UNICEF menyerukan tindakan internasional yang tegas dan berani, menyeret semua pihak untuk menggunakan pengaruh politiknya demi menyelamatkan nyawa anak-anak Gaza. Mereka menuntut:

  • Gencatan senjata segera.
  • Perlindungan warga sipil.
  • Penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional.
  • Akses tanpa hambatan bagi bantuan.
  • Pembebasan semua sandera.

Beigbeder menutup pernyataannya dengan kalimat yang menghentak hati:

“Anak-anak Gaza membutuhkan perlindungan. Mereka butuh makanan, air, dan obat-obatan. Tapi lebih dari semua itu, mereka membutuhkan dunia untuk bertindak—sekarang juga, sebelum semuanya terlambat.”

Sumber: Al Jazeera, Laman Resmi PBB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here