Dalam tengah kepungan dan agresi brutal Israel di Gaza, sebuah surat menyentuh hati muncul dari jantung perlawanan. Al Jazeera Net mendapatkan dokumen eksklusif: sepucuk surat dari saudara salah satu pejuang yang gugur di barisan Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas.
Tertanggal 16 Mei 2025, surat itu bukan sekadar permintaan biasa. Ia adalah sumpah setia—tekad seorang adik untuk melanjutkan jejak perjuangan kakaknya, Muhammad, yang telah gugur sebagai syahid. Dalam surat tersebut, ia meminta kepada pasukan elit Al-Qassam agar diizinkan bergabung sebagai pejuang, bahkan memohon agar ia diberi senjata milik kakaknya yang sebelumnya telah dikembalikan ke batalion.
“Saya ingin melanjutkan jalannya. Biarkan saya angkat senjata yang ia genggam hingga akhir hayatnya,” demikian kira-kira semangat yang tergambar dari surat tersebut.
Permintaan ini tak berdiri sendiri. Ia menjadi gambaran nyata bagaimana semangat perlawanan terus menyala di Gaza, bahkan di tengah bom dan blokade. Brigade Al-Qassam disebut masih terus membuka pintu bagi para pejuang baru. Seperti yang diungkapkan juru bicara Al-Qassam, Abu Ubaidah, pada Juli 2024: “Kami telah merekrut ribuan pejuang baru sepanjang perang.”
Sementara itu, laporan media Israel Haaretz mengutip pernyataan militer pendudukan yang memperkirakan Hamas memiliki sekitar 40.000 pejuang aktif di Jalur Gaza—angka yang menggambarkan betapa dalam dan kuatnya akar perlawanan di tanah yang terjajah.