Gaza kembali dibalut asap kematian. Sejak Jumat, agresi udara Israel membuat 66 warga Palestina syahid, termasuk 7 anak-anak dalam satu serangan di Khan Younis, sementara ratusan lainnya luka-luka. Serangan brutal ini terjadi seiring klaim militer Israel bahwa mereka berhasil mencegat sebuah roket yang diluncurkan dari Gaza menuju pemukiman ilegal di wilayah penyangga.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat bahwa dalam 24 jam terakhir saja, korban syahid mencapai 60 jiwa dan 185 lainnya terluka. Sejak dimulainya genosida pada 7 Oktober 2023, jumlah total korban jiwa telah menembus 53.822 syahid dan 122.382 luka-luka—angka yang terus meningkat tiap jam.
Di antara tragedi terbaru, delapan orang—tujuh di antaranya anak-anak—syahid ketika jet tempur Israel menghantam sebuah rumah di Qizan an-Najjar, selatan Khan Younis.
Sementara di Jabalia, sekitar 50 warga masih tertimbun di bawah reruntuhan sebuah gedung yang hancur dalam serangan semalam.
Pesawat tak berawak Israel juga melancarkan serangan di wilayah as-Shuftawi, utara Kota Gaza, menewaskan tiga warga dan melukai lainnya. Di saat bersamaan, jet tempur menghujani kawasan Ansar—markas Kementerian Dalam Negeri Palestina—di barat Gaza.
Serangan ini melukai sejumlah pengungsi yang sebelumnya mendirikan tenda di area tersebut dan menyebabkan kerusakan besar.
Tak hanya itu, rumah sakit kembali menjadi sasaran. Di wilayah utara Gaza, Rumah Sakit al-Awda digempur lewat tembakan artileri dan serangan udara. Api membakar sejumlah fasilitas medis.
Laporan menyebutkan bahwa tim penyelamat dilarang mendekat oleh pasukan Israel, sementara keluarga korban yang terjebak di dalam rumah sakit terus memohon pertolongan.
Pihak rumah sakit mengonfirmasi bahwa pasukan pendudukan bahkan meledakkan sebuah robot peledak di sekitar kompleks medis. Sementara Hamas menegaskan bahwa serangan terhadap gudang obat di rumah sakit itu adalah bentuk kebiadaban dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan internasional.
“Ini adalah pembantaian baru, kejahatan perang yang terus berlangsung. Target mereka bukan hanya rumah, tapi jantung sistem kesehatan,” tegas Hamas, sambil menyerukan dunia internasional—termasuk PBB dan Dewan Keamanan—untuk segera bertindak menghentikan pembantaian massal ini.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun memberi peringatan keras soal keruntuhan total sistem kesehatan di Gaza. Sebanyak 94% rumah sakit rusak atau hancur, dan 4 rumah sakit utama telah berhenti beroperasi dalam sepekan terakhir akibat gempuran.
WHO menyatakan bahwa serangan, pengungsian paksa, dan kelangkaan suplai medis mengancam keberlanjutan layanan kesehatan di Gaza.
Sementara itu, Komisioner UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan bahwa anak-anak Gaza kini kelaparan, lansia meninggal karena ketiadaan obat, dan bantuan yang masuk hanyalah “ibarat jarum dalam tumpukan jerami.”
Ia menegaskan bahwa setidaknya 500 hingga 600 truk bantuan dibutuhkan setiap hari untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih dalam.
UNICEF pun menyuarakan hal serupa. Lebih dari 9.000 anak telah dirawat karena malnutrisi akut tahun ini di Gaza, dan jumlah itu bisa melonjak jika krisis pangan tak segera diatasi.
Di balik serangan udara, kehancuran rumah sakit, dan jeritan para pengungsi, Gaza mengirimkan satu pesan ke dunia: Kami masih hidup, dan kami butuh kalian untuk bersuara.
Sumber: Al Jazeera