Di bawah terik matahari dan debu pengungsian, warga Gaza kini berjuang bukan hanya untuk bertahan hidup dari bom, tapi juga untuk mendapatkan seteguk air bersih. Anak-anak, ibu hamil, dan lansia rela antre berjam-jam hanya demi air keruh yang bahkan tak layak dikatakan aman.
Infrastruktur air Gaza hancur. Sumur-sumur dibom, jaringan pipa lumpuh, dan instalasi desalinasi ditutup. Konsumsi air turun drastis dari 84 liter menjadi hanya 3–5 liter per hari. Angka ini bahkan tak sampai seperempat dari standar minimum WHO dalam kondisi darurat.
Akibatnya? Penyakit mewabah. Kulit terinfeksi, bayi mengalami dehidrasi parah, dan warga yang selamat dari bom kini perlahan dibunuh oleh haus dan penyakit.
Kematian Diam-Diam Lewat Air yang Kotor
UNICEF mengingatkan: 70% sistem air Gaza rusak total. Tanpa listrik dan bahan bakar, bantuan air hanya bisa dikirim pakai truk, itu pun dengan jumlah yang sangat minim. Dan ya, air itu pun kotor.“Anak-anak Gaza berjalan puluhan kilometer demi seteguk air,” kata seorang relawan UNICEF.
“Ada bayi yang bahkan tidak bisa dimandikan.”
90% keluarga Gaza kini hidup dalam kondisi tanpa air layak. Sebagian terpaksa meminum air tercemar atau menyiramkan air limbah ke ladang sayur untuk bertahan hidup. Ini adalah resep pasti untuk bencana kesehatan massal.

Satu per Satu Sumur Mati
Sebelum perang, Gaza punya lebih dari 250 sumur. Sekarang, hanya separuhnya yang masih bisa memompa. Dan setiap hari, jumlahnya menyusut. Tak ada bahan bakar. Tak ada perbaikan. Hanya kehancuran yang terus bertambah.
Sementara itu, limbah mengalir ke laut tanpa pengolahan. Permukiman penuh genangan kotor. Nyamuk, lalat, dan penyakit menari-nari di tengah reruntuhan. Di Khan Younis, scabies atau kudis mewabah, dibawa oleh tikus, kucing liar, dan sampah yang tak lagi bisa dibersihkan.
Gaza Kehausan, Dunia ke Mana?
Israel menutup perbatasan sejak awal Maret. Bantuan menumpuk di Rafah, tapi tidak pernah sampai. Gaza sedang sekarat karena haus—dan dunia seolah tak peduli.
Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 175 ribu warga Palestina terbunuh atau terluka. Yang hilang lebih dari 11 ribu. Tapi siapa yang menghitung orang yang mati pelan-pelan karena air?
Jika dunia masih diam, maka Gaza akan terus sekarat—bukan karena bom, tapi karena tidak ada lagi air untuk hidup.