Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengecam keras pembantaian terbaru yang dilakukan Israel di Jalur Gaza. Hamas menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sengaja mempercepat eskalasi agresi terhadap warga sipil tak berdosa demi menggagalkan upaya mediasi yang tengah berlangsung untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan.

Dalam pernyataan resminya, Rabu (15/5), Hamas menegaskan bahwa “pengeboman rumah-rumah yang masih dihuni dan pembantaian terhadap penghuninya adalah tindakan barbar dan fasis yang tak akan membawa kemenangan bagi penjahat perang Netanyahu.”

Hamas menyebut Netanyahu sengaja mengacaukan upaya mediasi demi kepentingan politik pribadinya.

Pernyataan itu juga menyebut bahwa serangan udara intensif sejak fajar hari ini—terutama di wilayah utara Jalur Gaza—yang menyasar rumah-rumah padat penduduk dan menyebabkan puluhan syahid, merupakan “kelanjutan dari perang genosida terhadap warga sipil tak bersenjata.”

Hamas mendesak masyarakat internasional serta negara-negara Arab dan Islam untuk segera bertindak dan menekan Israel “dengan segala cara” guna menghentikan perang pemusnahan yang terus berlangsung.

80 Warga Syahid Sejak Fajar

Sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa setidaknya 80 warga Palestina syahid akibat serangan udara Israel sejak fajar tadi, termasuk 58 di antaranya di wilayah utara, termasuk Kota Gaza.

Sementara itu, laporan harian Kementerian Kesehatan Gaza mencatat bahwa sejak perang dimulai pada Oktober 2023, jumlah korban syahid telah mencapai 52.928 jiwa, dengan jumlah korban luka mencapai 119.846 orang.

Ancaman Pengosongan Wilayah

Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Nasional Gaza melaporkan bahwa militer Israel pada Rabu malam mengeluarkan “ancaman pengosongan” terhadap warga di wilayah selatan dan barat Kota Gaza—daerah yang sebelumnya dikategorikan sebagai “zona aman” dan kini menjadi lokasi pengungsian massal.

Kementerian tersebut menyebut ancaman itu sebagai “kebohongan dan klaim palsu” yang bertujuan membenarkan kejahatan pengusiran paksa warga sipil sebagai bagian dari tekanan psikologis Israel terhadap penduduk.

Beberapa pasien dan korban luka bahkan terpaksa meninggalkan bagian-bagian dari Kompleks Medis Al-Shifa di Gaza barat setelah militer Israel merilis peta evakuasi baru yang mencakup fasilitas medis tersebut.

Wilayah sekitar kompleks sempat diguncang serangan rudal, memicu kepanikan besar terutama di kalangan perempuan dan anak-anak.

Padahal, dalam selebaran sebelumnya, militer Israel telah menyatakan bahwa kawasan barat Kota Gaza adalah “zona aman”, menjadikannya tempat pengungsian terbanyak dalam beberapa pekan terakhir.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here