Media Israel melaporkan bahwa militer Israel tengah dilanda kekhawatiran serius akibat meningkatnya gelombang penandatanganan petisi di kalangan tentaranya yang menuntut penghentian perang di Jalur Gaza. Beberapa langkah disipliner telah mulai diberlakukan terhadap personel yang ikut serta dalam gerakan protes tersebut.
Kantor Penyiaran Publik Israel melaporkan bahwa sejumlah dokter militer yang menandatangani salah satu petisi telah mendapat tindakan dari Korps Medis Angkatan Darat, termasuk pencopotan dari jabatan. Para dokter yang terlibat menyatakan bahwa militer telah memberhentikan seorang dokter militer dari posisinya setelah diketahui menandatangani petisi.
Di sisi lain, militer Israel mengklaim belum mengambil keputusan final terkait para penandatangan petisi, namun telah meminta mereka menarik kembali dukungannya terhadap inisiatif tersebut.
Menurut laporan media Israel yang terbit pada Rabu (17/4), lebih dari 110 ribu warga Israel—termasuk prajurit aktif, cadangan, mantan tentara, dan warga sipil—telah menandatangani sebanyak 37 petisi dalam kurun waktu enam hari. Petisi tersebut berisi desakan untuk memulangkan tawanan Israel dari Gaza, bahkan jika harus dilakukan melalui penghentian perang.
Dari jumlah tersebut, sekitar 10 ribu merupakan tentara cadangan dan pensiunan yang menandatangani 15 petisi terbuka yang beredar di berbagai unit militer.
Situs “Israel Returns”—platform pengumpulan tanda tangan elektronik—menjadi wadah utama gerakan ini.
Harian Haaretz menyebutkan bahwa meningkatnya jumlah penandatangan di kalangan tentara cadangan menimbulkan kekhawatiran besar di tubuh militer.
Sebagai langkah respons, militer memutuskan menggantikan sebagian pasukan cadangan yang berada di medan tempur dengan tentara reguler, sebagai upaya meredam gelombang protes internal.
Israel sendiri kembali melanjutkan agresi militernya ke Gaza sejak 18 Maret lalu, setelah keluar dari kesepakatan gencatan senjata dan tetap menutup akses bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.