Oleh: Ustaz Umar Makka, Lc (Sekjen SoA)
Baitul Maqdis di Syam selalu memperoleh tempat khusus di dalam hati umat Islam. Tempat suci itu tak hanya menjadi saksi bisu Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, namun ia telah menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah peradaban Islam hingga saat ini. Ragam peristiwa dan keistimewaan kota suci itu menanamkan rasa cinta yang kuat kepada hati umat Islam.
Baitul Maqdis atau Al Quds adalah indikator penting untuk melihat kondisi umat Islam. Apakah umat Islam kuat atau lemah, bersatu atau terpecah, akan dengan cepat berdampak pada kota ini. Kota yang memang sangat diinginkan oleh para penguasa dan bangsa-bangsa. Bila umat Islam sedang kuat dan bersatu, maka Baitul Maqdis selalu berada dalam naungan Islam. Sebaliknya, jika umat Islam sedang lemah dan berpecah, maka Baitul Maqdis selalu lepas ke tangan orang lain. Sejak era Khulafaur Rasyidin sampai saat ini, merupakan cermin yang sangat jelas menunjukkan hal itu.
Tak heran jika kunci Baitul Maqdis berpindah-pindah, dari tangan Nasrani (Romawi), kemudian umat Islam, lalu direbut oleh tentara Salibis, kemudian kembali lagi ke tangan umat Islam, dan saat ini tengah dijajah oleh Zionis Yahudi.
Baitul Maqdis di Era Abbasiyah
Rasulullah SAW adalah salah seorang nabi dan rasul yang tidak bisa melupakan Baitul Maqdis. Bagi beliau, Baitul Maqdis tak hanya berkaitan dengan ruhiyah, tapi menjelma sebagai pelipur lara kala sedih. Atas dasar itu, saat hijrah ke Madinah pada 622 M, dua misi utama beliau adalah menaklukkan kota Makkah dan Baitul Maqdis.
Dalam catatan sejarah, Kota Makkah berhasil ditaklukkan pada saat Rasulullah SAW masih hidup, yakni pada 10 Ramadhan 8 Hijriyah (630 M). Berbeda halnya dengan Baitul Maqdis, kiblat pertama umat Islam itu berhasil ditaklukkan pada masa khalifah Umar bin Khattab pada tahun 637 M.
Kendati pembebasan Baitul Maqdis berhasil dilakukan pada masa Umar, namun sebenarnya strategi pembebasan kota suci itu telah disusun oleh Rasulullah SAW. Strategi itu kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq RA. Perjuangan keduanya berbuah manis untuk Umar bin Khattab, ia dengan mudah menaklukkan atau menyelesaikan misi Rasulullah SAW.
Selma 30 tahun memimpin umat Islam, perhaian besar para khulafaur Rasyidin kepada Baitul Maqdis sangat besar. Perhatian besar terhadap Baitul Maqdis itu dilanjutkan oleh Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Setelah itu, pada masa khilafah Umawiyah (40-132 H), Al-Qus mendapat banyak sekali perubahan secara fisik. Khilafah Umawiyah memberikan perhatian khusus terhadap kota suci itu. Bahkan beberapa Khalifah berbaiat di kota suci itu, padahal pusat pemerintahan mereka di Damaskus. Perhatian serupa tak luput saat umat Islam dipimpin oleh Bani Abbasiyah.
Bukti Perhatian Bani Abbasiyah Terhadap Baitul Maqdis
Para penguasa Dinasti Abbasiyah merupakan keturunan dari paman Nabi Muhammad SAW, al-Abbas. Pendiri dinasti ini adalah Abdullah al-Saffah pada 750 M. Sang pendiri memerintah hanya dalam waktu singkat, dari 750 sampai 751 M. Al-Saffah kemudian digantikan oleh Abu Ja’far al-Mansur (754-775 M). Dalam Ensiklopedia Islam disebutkan, dua khalifah pertama itu meletakkan dasar-dasar Dinasti Abbasiyah. Sedangkan, tujuh khalifah sesudahnya membangun pilar-pilar peradaban Islam hingga mencapai puncaknya.
GE Bosworth dalam Dinasti-dinasti Islam menyatakan, tiga abad pertama Dinasti Abbasiyah (abad ke VIII sampai ke XI) merupakan abad kejayaan dinasti ini. Bidang sastra, teologi, filsafat, dan ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kemajuan ekonomi dan perdagangan terjadi di mana-mana, terutama di Irak, Persia, dan Mesir. Karena itu, seorang orientalis asal Swiss, Adam Mez, tidak ragu-ragu untuk menyebut era Dinasti Abbasiyah ini sebagai “Renaisans Islam”.
Di era ini pula, ilmu fikih berkembang pesat. Keempat imam mazhab, yaitu Imam Abu Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi’i (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855 M) hidup di zaman dinasti ini.
Masa-masa emas itu tidak membuat khilafah Abbasyah melupakan Baitul Maqdis. Pusat pemerintahan mereka berada di Baghdad, Irak. Namun mereka selalu memberikan perhatian khusus kepada Baitul Maqids. Misalnya, pada Khalifah Al-Mansur. Ia megeluarkan dana yang cukup besar untuk memperbaharui bangunan-bangunan yang ada di sekitar Baitul Maqdis. Ini menunjukkan rasa cinta beliau kepada Baitul Maqdis.
Pada tahun 687 – 691 M Khalifah Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Al Walid bin Abdul Malik membangun Baitul Maqdis. Tapi Masjidil Aqsa ini hancur tahun 746 M karena gempa. Saat Bani Abbasiyah berkuasa menggantikan Bani Umayyah, Khalifah Al Mansur kembali membangun masjid ini pada tahun 754 M.
Khalifah Al-Mansur menggelontorkn dana yang cukup besar untuk merenovasi Masjid Al-Aqsa. Bahkan Ahli Sejarah menyebutkan, Khalifah Harun Ar-Rasyid memberkan perhaitian sangat khusus kepada Baitul Maqdis. Ia selalu berkunjung ke sana. Bahkan orang nasrani yang tinggal di sekitar Baitul Maqis merasakan keindahan toleransi umat Islam.
Kunci Baitul Maqdis Berpindah Tangan
Nasib Baitul Maqdis berubah drastis saat Paus Urbanus II menyerukan perebutan kembali tanah suci yang menyebabkan perang salib meletus. Baitul Maqdis kemudian dikuasai oleh pasukan salib pada tahun 1099 M. Orang Islam dan Yahudi dibantai dan terusir dari sana. Mereka kemudian menggunakan Baitul Maqdis sebagai gereja, istana, dan kandang kuda. Kawasan ini juga sempat menjadi markas Ksatria Templar.
Salahudin Al Ayubi kemudian mengepung dan merebut kembali Baitul Maqdids pada 1187 M. Salahudin lalu memfungsikan kembali Baitul Maqdis sebagai Masjidil Aqsa seperti semula. Di juga kembali memperbolehkan orang Yahudi dan Nasrani tinggal dan beribadah di kota suci, sebagaimana dilakukan penguasa Islam sebelumnya.
Kunci Baitul Maqdis tetap berada dalam genggaman tangan Umat Islam, sampai akhirnya Kekhalifaan Turki Utsmani runtuh. Tanah Palestina dikuasai oleh Otoritas Britania. Saat itu orang Yahudi yang dibantai di Eropa dan wilayah lainnya mulai datang mengungsi ke tanah suci. Benih-benih Negara Zionis Israel mulai tumbuh. Pelan tapi pasti menggerogoti tanah warga Palestina. Baitul Maqdis dan Kota Tua Yerusalem tetap dalam penguasaan Majelis Muslim Yerusalem.
Namun pada tahun 1948 orang Yahudi memproklamirkan Negara Zionis Israel. Mereka kemudian menjajah Palestina, dengan dalih tanah terebut merupakan tanah yang dijanjikan. Sehingga mereka ta merasa bersalah saat mengusir para penduduk asli Palestina.
Baitul Maqdis merupakan salah satu tempat yang selalu berusahan dikuasai oleh zionis Israel. Mereka terus berusaha merebut kota suci itu, meski dalam kesepakatan internasional status quo Masjidil Aqsa adalah milik muslim dan berada di bawah Otoritas Wakaf Jordania. Dalam staus quo ini, umat Yahudi dan Nasrani boleh berkunjung ke Bait Suci namun tidak untuk beribadah di dalamnya. Untuk beribadah, bagi Umat Yahudi ada Tembok Ratapan, yang diyakini mereka adalah sisa dari Bait Suci Kedua (yang oleh orang Islam diyakini sebagai tempat Rasulullah memarkir Buraq, kendaraan saat Isra’ Mi’raj).
Penulis: Moe
Sumber: Youtube AQL Network Baitul Maqdis