Keluarga pemukim Israel yang ditawan di Gaza kembali menyerukan aksi protes besar-besaran terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka mendesak pemerintah segera menyepakati pertukaran tawanan untuk memulangkan kerabat mereka yang masih ditahan oleh faksi-faksi perlawanan Palestina.

Seruan ini disampaikan dalam konferensi pers di depan Kementerian Pertahanan Israel di Tel Aviv, Sabtu (12/4), di mana salah satu kerabat tawanan menegaskan agar publik tidak berhenti turun ke jalan. Ia menuduh pemerintah Netanyahu mengorbankan para tawanan demi kepentingan politik.

Komite Keluarga Tawanan sebelumnya telah menyerukan partisipasi luas dalam aksi protes yang digelar pada malam perayaan Paskah Yahudi. Mereka menyatakan bahwa 59 tawanan Israel di Gaza menjadi “sandera kebijakan” di bawah pemerintahan Netanyahu.

Kekhawatiran semakin membesar setelah laporan yang menyebut tim negosiasi Israel justru menghambat kemajuan pembicaraan.

Laporan CNN mengutip sumber yang terlibat dalam negosiasi, menyebut perbedaan pendekatan antara Menteri Urusan Strategis Ron Dermer dan pimpinan Mossad serta Shin Bet. Negosiasi disebut diseret ke ranah politik oleh kubu Israel sendiri.

Sementara itu, militer Israel melarang siswa sekolah militer ikut serta dalam aksi unjuk rasa yang rutin digelar di Tel Aviv guna menuntut pembebasan para tawanan.

Awal bulan ini, pemerintah Israel dikabarkan mengajukan proposal gencatan senjata baru, yang mencakup pembebasan 11 tawanan Israel yang masih hidup, dengan imbalan penghentian serangan selama 40 hari. Namun, Netanyahu bersikeras bahwa tekanan militer adalah satu-satunya cara untuk memaksa Hamas melepaskan para tawanan, baik yang hidup maupun yang telah gugur.

Dalam perkembangan terbaru, Brigade Al-Qassam merilis video tawanan Israel berkewarganegaraan ganda AS-Israel, Idan Alexander. Dalam rekaman itu, ia menuduh Netanyahu sengaja mengabaikan nasib para tawanan dan menggagalkan kesepakatan pertukaran.

Alexander mengaku bahwa tiga pekan lalu ia mendengar Hamas siap membebaskannya, tetapi Israel menolak. “Kami merasa hanya akan pulang dalam keadaan tak bernyawa. Kami sudah kehilangan harapan,” katanya dalam video tersebut.

Merespons rekaman itu, keluarga Alexander menyatakan bahwa perayaan Paskah tak berarti apa-apa selama Idan dan 58 tawanan lainnya belum kembali ke rumah. Kantor Netanyahu mengatakan bahwa sang perdana menteri telah berbicara dengan orang tua Alexander dan menyampaikan bahwa “upaya besar sedang dilakukan” untuk membawa para sandera pulang.

Hamas sebelumnya menyatakan kesediaannya membebaskan Alexander dan jenazah empat tawanan lain sebagai bagian dari usulan yang diajukan Amerika Serikat. Namun Israel disebut telah membatalkan kesepakatan gencatan senjata yang sempat tercapai.

Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Ubaidah, mengungkapkan bahwa separuh tawanan Israel yang masih hidup berada di wilayah yang justru diminta dikosongkan oleh militer Israel dalam beberapa hari terakhir. Ia menegaskan bahwa jika Israel sungguh peduli terhadap para tawanan, maka seharusnya mereka berkomitmen pada kesepakatan, dan para tawanan itu sudah berada di rumah.

Israel terus melancarkan serangan ke Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang hingga kini telah menewaskan dan melukai lebih dari 165.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang, sementara krisis kelaparan terus memburuk di wilayah yang diblokade total ini.

Sumber: Al Jazeera, Anadolu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here