Seorang relawan Palang Merah Palestina menjadi satu-satunya penyintas dalam serangan mematikan pasukan Israel terhadap tim medis dan pertahanan sipil di Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 23 Maret lalu.

Monzer Abed, relawan medis yang selamat, mengungkapkan detik-detik serangan yang menyebabkan 15 tenaga medis dan personel pemadam kebakaran syahid. Mereka menjadi sasaran tembakan langsung pasukan Israel, meski dilindungi oleh hukum internasional.

Menurut Abed, tim beranggotakan 10 relawan medis, 5 anggota pertahanan sipil, dan satu staf dari badan PBB bergerak menuju wilayah Tal as-Sultan untuk menanggapi panggilan darurat dari warga sipil yang terluka. Namun, begitu tiba di lokasi, mereka langsung dihujani tembakan dari arah pasukan Israel.

“Kami mendapat informasi tentang korban luka di kawasan al-Hashashin, lalu langsung bergerak. Mobil ambulans kami dari Palang Merah Palestina menyala penuh dari luar dan dalam,” ujar Abed kepada Anadolu.

“Saat sampai, kami langsung ditembaki. Saya tiarap di belakang ambulans. Saya tak mendengar suara rekan-rekan saya lagi, hanya napas terakhir mereka. Lalu pasukan khusus Israel membuka pintu ambulans, menundukkan kepala saya ke lantai agar tak melihat rekan-rekan saya.”

Abed kemudian diseret dari kendaraan, ditutup matanya dan ditahan selama 15 jam. Selama interogasi, ia mengaku disiksa secara brutal, termasuk dipukul dengan gagang senapan. “Setiap kali saya menjawab, saya dipukul lagi. Saya sempat berharap mati karena siksaan itu,” ungkapnya.

Abed juga menyaksikan pasukan Israel menggunakan buldoser militer untuk menggali beberapa lubang, lalu menguburkan ambulans dan korban di dalamnya.

Pada 27 dan 30 Maret, otoritas Gaza mengumumkan penemuan jenazah 15 anggota tim medis dan pertahanan sipil di lokasi sekitar 200 meter dari tempat ambulans mereka terakhir terlihat. Beberapa ditemukan dengan tangan terikat dan luka tembak di tubuh.

Dalih Israel

Pada 31 Maret, militer Israel mengklaim tidak menargetkan kendaraan medis secara acak, tetapi menembaki kendaraan yang “mendekat secara mencurigakan tanpa menyalakan lampu darurat.” Mereka juga menuduh para korban merupakan anggota kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam.

Namun klaim tersebut dibantah keras oleh Abed. Ia menegaskan lokasi kejadian adalah wilayah sipil, bukan zona pertempuran. Ia menyebut tindakan pasukan Israel sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan” yang berusaha disembunyikan dengan mengubur korban dan kendaraan mereka.

Di tengah sorotan publik dan tekanan internasional, militer Israel akhirnya mengakui serangan terhadap tim medis itu. Pengakuan itu muncul setelah media The New York Times merilis video bukti yang diambil salah satu relawan sebelum ia syahid.

Militer Israel mengklaim video itu menunjukkan bahwa tim medis mendekat ke kendaraan milik Hamas, dan para prajurit mengira mereka ancaman. Namun mereka membantah melakukan eksekusi terhadap korban yang telah diborgol, dan menyebut penguburan dilakukan “untuk mencegah mayat dijarah hewan liar,” alasan yang menuai kritik karena ribuan jasad warga sipil lainnya dibiarkan membusuk di tempat terbuka.

Media Israel Haaretz menyebut video tersebut menunjukkan kondisi jenazah sangat rusak dan beberapa di antaranya mengalami mutilasi. Kepala Staf Eyal Zamir dilaporkan telah memerintahkan penyelidikan oleh unit khusus yang menangani dugaan kejahatan perang, meski belum ada satu pun tentara yang diadili sejak awal agresi ke Gaza.

Sumber: Anadolu Agency

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here