Setidaknya 120 ribu jamaah melaksanakan salat Idulfitri di Masjid Al-Aqsa dan pelatarannya pada Ahad (30/3), meskipun pasukan Israel melarang ribuan orang masuk dan memperketat pergerakan keluar-masuk masjid.

Arab Saudi dan Palestina menetapkan hari Minggu sebagai hari pertama Idulfitri, sebagaimana negara-negara Teluk lainnya kecuali Oman, serta Turki dan sejumlah negara lain. Sementara itu, sebagian besar negara Arab menetapkan hari raya jatuh pada Senin.

Para jamaah bertakbir penuh suka cita merayakan Idulfitri. Dalam khutbahnya, khatib menyampaikan tentang agresi Israel di Jalur Gaza, kondisi para tahanan di penjara pendudukan, serta ancaman yang dihadapi Masjid Al-Aqsa.

Idulfitri tahun ini bertepatan dengan dimulainya kembali agresi pasukan pendudukan terhadap Jalur Gaza sejak fajar 18 Maret lalu, setelah gencatan senjata selama dua bulan yang berlaku sejak 19 Januari. Namun, pasukan pendudukan terus melanggar ketentuan gencatan senjata selama dua bulan tersebut.

Pemerintahan Benjamin Netanyahu menghindari pelaksanaan tahap kedua perjanjian gencatan senjata. Rezim itu berupaya membebaskan lebih banyak tahanan yang ditahan pejuang Palestina tanpa memenuhi komitmen perjanjian, terutama penghentian perang genosida dan penarikan penuh dari Gaza.

Dengan dukungan Amerika Serikat dan Eropa, pasukan pendudukan telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 164 ribu warga Palestina gugur atau terluka, mayoritas di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 14 ribu orang masih hilang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here