Seorang pejuang Palestina berhasil menembus pertahanan ke dalam pos militer Israel di dekat pos pemeriksaan Tayasir, sebelah timur Jenin, Tepi Barat, dan menguasai salah satu lantai menara penjaga.
Informasi awal menunjukkan bahwa pejuang yang mengenakan rompi anti-peluru memiliki data intelijen yang akurat tentang lokasi dan pergerakan tentara Israel. Hal ini mengindikasikan adanya celah keamanan yang dimanfaatkan oleh pejuang tersebut di area militer Israel yang ketat antara Tubas dan Jenin.
Pelaku datang dengan pakaian sipil, bersembunyi di luar pos penjagaan, lalu naik ke lantai atas menara dan mulai menembaki tentara Israel yang sedang siaga. Serangan ini menewaskan dua tentara Israel, termasuk seorang sersan pertama cadangan, serta melukai delapan lainnya, dua di antaranya dalam kondisi kritis.
Media Israel melaporkan bahwa para tentara yang menjadi korban adalah pasukan cadangan yang baru saja dipanggil untuk memperkuat militer. Mereka berasal dari batalion yang komandannya mengalami luka parah, sementara seorang anggotanya tewas dalam serangan sebelumnya di Tamun, sebelah utara Tepi Barat.
Tentara Israel kemudian mengirim bala bantuan dan drone untuk menghadapi pejuang Palestina tersebut. Setelah baku tembak sengit, pejuang itu akhirnya gugur.
Reaksi dan Dampak
Serangan ini menjadi pukulan bagi militer Israel. Surat kabar Maariv mengutip pernyataan sumber militer yang mengakui adanya kesalahan yang sedang diselidiki, terutama karena serangan terjadi pada jam-jam ketika pasukan Israel berada dalam kondisi siaga penuh.
Sementara itu, Hamas dan Jihad Islam menyambut operasi ini. Jihad Islam menyebutnya sebagai “operasi heroik berkualitas tinggi”, sementara Hamas menegaskan bahwa serangan di pos Tayasir adalah respons atas kejahatan Israel dan agresinya di Tepi Barat.
Serangan ini terjadi meski Israel telah memperkuat kehadiran militernya di Tepi Barat dengan pasukan elit, kendaraan lapis baja berat, serta operasi penghancuran infrastruktur perlawanan di Jenin, Tubas, dan Tamun. Namun, semua langkah tersebut tetap gagal mencegah serangan seperti yang terjadi di Tayasir.
Sejak 21 Januari lalu, tentara Israel melancarkan operasi militer di Jenin dan kamp pengungsi sekitarnya, sebelum memperluas agresinya ke Tulkarm, yang telah menyebabkan syahidnya sekitar 30 warga Palestina.
Dalam Konteks Perjuangan Palestina
Menurut analis Palestina, Suleiman Bsharat, operasi ini tidak terlepas dari perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan Israel.
Bsharat menjelaskan kepada Al Jazeera Net bahwa konfrontasi ini bukanlah hal baru, tetapi memiliki makna tersendiri dalam hal waktu dan eksekusi. Serangan ini terjadi saat Israel sedang membahas aneksasi wilayah Tepi Barat, yang menunjukkan bahwa rencana tersebut tidak akan berjalan semudah yang diperkirakan.
Ia juga menambahkan bahwa upaya Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mendapatkan legitimasi internasional atas kebijakan pendudukannya di Tepi Barat tidak akan diterima oleh rakyat Palestina, yang akan terus menolaknya dengan segala cara, bahkan di tingkat individu.
Meski Israel telah meningkatkan kesiagaan pasukannya sejak peristiwa 7 Oktober, Bsharat menilai bahwa Israel masih gagal memahami pola pikir rakyat Palestina, yang melemahkan kemampuannya dalam menciptakan realitas baru di wilayah tersebut.