Spirit of Aqsa- Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyatakan, hampir dua juta orang di Gaza kehilangan tempat tinggal akibat genosida oleh Israel, dan proses rekonstruksi diperkirakan memakan waktu bertahun-tahun.
Dalam pernyataan resminya, UNRWA menyebutkan bahwa setidaknya 1,9 juta orang telah mengungsi di Gaza akibat perang, dengan banyak dari mereka terpaksa tinggal di tempat penampungan sementara, seperti di wilayah Mawasi di barat daya Gaza.
UNRWA juga melaporkan bahwa sebagian besar rumah hancur total atau tidak lagi layak dihuni. Mereka menjelaskan bahwa proses rekonstruksi infrastruktur, pemulihan kehidupan normal, dan penanganan trauma di Gaza akan memakan waktu bertahun-tahun.
Selain itu, badan PBB tersebut menyatakan keprihatinannya atas situasi kemanusiaan yang memprihatinkan di Gaza, yang dihuni oleh sekitar 2,2 juta jiwa. Setelah gencatan senjata diberlakukan, tim UNRWA langsung bekerja untuk mendistribusikan bantuan makanan di wilayah utara Gaza.
UNRWA juga mencatat bahwa ratusan ribu warga Palestina yang hidup di antara puing-puing akibat serangan udara intensif Israel sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan untuk menyelamatkan hidup mereka.
Kehancuran Besar
Selama lebih dari 15 bulan genosida, sekitar 88% infrastruktur di Gaza, termasuk rumah, rumah sakit, dan jalan, hancur berdasarkan data terbaru dari Kantor Media Pemerintah di Gaza.
Setelah gencatan senjata mulai berlaku, banyak keluarga yang mengungsi kembali ke wilayah asal mereka, memasang tenda di atas reruntuhan rumah mereka yang hancur, dengan kondisi kemanusiaan yang sangat sulit. Jaringan air, sanitasi, dan listrik mengalami kerusakan parah, termasuk fasilitas vital dan layanan publik lainnya.
Gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada 19 Januari 2025. Tahap pertama berlangsung selama 42 hari, dengan negosiasi untuk tahap kedua dan ketiga difasilitasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.
Dengan dukungan Amerika Serikat, Israel melakukan genosida di Gaza antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, menewaskan dan melukai lebih dari 158 ribu warga Palestina—mayoritas di antaranya anak-anak dan perempuan—serta lebih dari 14 ribu orang hilang. Ini menjadi salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.
Sumber: Anadolu Agency