Spirit of Aqsa- Setelah berbulan-bulan dilanda serangan, kehancuran, dan penderitaan, kehidupan di Gaza perlahan kembali normal seiring diberlakukannya gencatan senjata.
Penduduk Gaza mulai kembali ke rumah yang sebelumnya mereka tinggalkan dengan berjalan kaki, karena sebagian besar sarana transportasi hancur selama perang akibat serangan Israel.
Warga Gaza meninggalkan tenda-tenda dan pusat-pusat penampungan begitu kesepakatan gencatan senjata berlaku, lalu pergi untuk memeriksa rumah mereka, mencari sisa-sisa kenangan yang dihancurkan oleh militer pendudukan.
Dengan dibukanya perbatasan dan masuknya truk bantuan kemanusiaan setelah sekian lama, harapan kembali tumbuh di hati penduduk Gaza. Anak-anak mulai bermain di jalanan dengan aman, keluarga yang terpisah akhirnya bertemu kembali dalam momen penuh air mata.
Di sisi lain, warga merayakan kemenangan, mencoba beradaptasi dengan kenyataan baru di Gaza. Perdamaian mulai menyelimuti, dan mimpi akan masa depan yang lebih baik kembali hidup, meski berbagai kesulitan masih menghadang.
Tawa anak-anak memenuhi udara, seolah-olah alunan melodi perdamaian yang dimainkan di langit Gaza (AFP).
Hati saling berpelukan sebelum tangan, dan air mata menceritakan kisah rindu dan kerinduan (AFP).
Di antara puing-puing, mereka mencari sisa-sisa kenangan (Reuters).
Air matanya menceritakan kisah kehilangan dan kenangan yang takkan kembali (AFP).
Wajah-wajah menampilkan bekas kesedihan, namun tekad tetap kuat (Reuters).
Mata-mata anak-anak penuh dengan kisah-kisah penderitaan (AFP).
Di bawah langit terbuka, mereka berkumpul dengan harapan meski kehilangan tempat berlindung (AFP).
Tangan-tangan saling bekerja sama membagikan bantuan, menyebarkan harapan dan belas kasihan di setiap sudut Gaza setelah lama terabaikan (AFP).
Kebahagiaan menyelimuti seisi tempat, dan hati merayakan kemenangan (AFP).
Di ujung setiap terowongan gelap ada cahaya, Gaza hari ini membawa harapan dalam hati untuk masa depan yang lebih baik (Reuters).
