Spirit of Aqsa- Tokoh pergerakan pembebasan Afrika Selatan, Ronnie Kasrils, yang berdarah Yahudi dan merupakan warga kulit putih Afrika Selatan, menyatakan, Israel telah menyebarkan kehancuran.
Tidak hanya dengan melakukan genosida terhadap rakyat Palestina, tetapi juga melalui serangan ke Lebanon, pelanggaran wilayahnya, serta agresi berulang terhadap Suriah, Irak, dan Yaman.
Kasrils menegaskan, satu-satunya cara untuk menghentikan kehancuran ini adalah dengan menghentikan pasokan senjata kepada mesin militer Israel, yang didukung Amerika Serikat, Jerman, Inggris, dan negara lain yang membantu Israel dalam kejahatannya.
Kasrils menambahkan, langkah menghentikan pasokan senjata ke Israel harus dilakukan melalui PBB, meskipun lembaga tersebut kerap dilecehkan oleh Washington dan Tel Aviv. Ia menekankan bahwa tanggung jawab ini ada di pundak seluruh komunitas internasional, mengingat pelanggaran negara-negara tersebut terhadap hukum internasional, hak asasi manusia, dan berbagai resolusi PBB.
Kemungkinan Sanksi untuk Israel
Terkait peluang untuk menjatuhkan sanksi tegas atas kejahatan Israel di tengah perlindungan yang diberikan negara-negara Barat, Kasrils mengakui bahwa itu adalah tugas berat tetapi bukan hal yang mustahil. Ia juga mengecam kemunafikan negara-negara Barat yang mendukung Ukraina tetapi terus mendukung Israel, yang menurutnya merupakan negara agresor.
Saat ditanya apakah ia akan memilih melawan rezim apartheid di Afrika Selatan atau melawan rezim Israel jika bisa kembali ke masa lalu, Kasrils menjawab bahwa dirinya adalah seorang Yahudi Afrika Selatan yang bukan seorang Zionis.
Ia menolak gagasan Zionis bahwa anti-Semitisme adalah sifat bawaan manusia. Ia percaya bahwa cara menghadapi segala bentuk rasisme adalah dengan melawannya, seperti yang dilakukannya ketika bergabung dengan gerakan pembebasan nasional untuk demokrasi di Afrika Selatan. Hal ini juga, menurutnya, yang mendorong banyak orang Yahudi anti-Zionis untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina.
Kasrils juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada leluhurnya yang memilih bermigrasi dari Lituania ke Afrika Selatan, bukan ke Palestina. Ia mengungkapkan bahwa didikan orang tuanya yang mengajarkan untuk menghormati perbedaan membantunya melawan apartheid di usia 20-an, bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC), dan menjadi pendukung hak-hak rakyat Palestina.
Kritik terhadap Presiden AS Joe Biden
Kasrils mengkritik Presiden AS Joe Biden dengan menyebutnya oportunis dan munafik. Ia mengingat pidato Biden di Senat AS pada 1986, ketika Biden dengan keras mengecam pemerintah AS karena tidak bertindak melawan apartheid di Afrika Selatan. Namun, 38 tahun kemudian, Biden justru mendukung genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina. Kasrils menyebut Biden sebagai pemimpin yang tidak bermoral dan oportunis, bahkan sejak awal karier politiknya.
Kasrils juga mengungkapkan bahwa Biden pernah berbohong dengan mengklaim dirinya ditangkap di Afrika Selatan karena memprotes apartheid. Kasrils menegaskan, klaim itu tidak pernah terjadi dan hanyalah kebohongan untuk mendongkrak citra politiknya. Ia menilai Biden sebagai sosok yang merugikan rakyat Amerika dan kemanusiaan.
Solusi untuk Palestina
Terkait solusi untuk Palestina, Kasrils menegaskan bahwa satu-satunya cara adalah dengan membangun negara demokratis yang menyatukan semua warganya, seperti visi perjuangan di Afrika Selatan. Ia mendukung konsep Palestina sebagai negara dari sungai hingga laut, di mana semua warga, baik Yahudi, Arab, Kristen, maupun Muslim, memiliki hak yang sama. Ia juga menegaskan bahwa mereka yang menolak solusi ini harus meninggalkan Palestina.
Kasrils menekankan bahwa rakyat dan pemerintah Afrika Selatan sepenuhnya mendukung perlawanan terhadap Zionisme Israel dan kebijakan AS.
Perbandingan Etika Perang
Kasrils membandingkan etika perang yang diajarkan Islam sejak abad ke-7, seperti larangan membunuh perempuan, anak-anak, dan orang yang terluka, serta menghormati tempat ibadah, dengan praktik perang Israel dan negara-negara Barat lainnya. Ia menyebut bahwa kegagalan Israel dan sekutunya dalam mematuhi etika ini menjadi alasan atas kehancuran yang mereka timbulkan di Palestina dan kawasan sekitarnya.
Sumber: Al Jazeera