Spirit of Aqsa- Khalid Nabhan, kakek Palestina yang namanya diabadikan dalam ingatan dunia melalui kalimat sederhana namun mendalam, “Ruh al-Ruh”, mengucapkannya dengan hati yang pilu saat mengantarkan jenazah cucunya, syahidah Reem (3 tahun) pada November 2023. Ucapan tersebut kini menjadi simbol kemanusiaan yang dirampas di bawah pendudukan Israel.

Hari ini, namanya kembali bergema sebagai salah satu syahid yang menulis babak penderitaan dan keteguhan dengan darahnya di Gaza. Ia gugur akibat serangan udara Israel di Kamp Nuseirat, Gaza tengah.

Gambar Khalid Nabhan, yang dikenal dengan panggilan Abu Diya, saat menggendong jenazah cucunya dengan penuh kasih di tengah genosida yang dilakukan Israel, mengguncang hati jutaan orang di seluruh dunia. Perpisahan itu bukan momen biasa, melainkan jeritan kemanusiaan yang menunjukkan pendudukan tak hanya membunuh jasad, tetapi berusaha mematahkan jiwa rakyat Palestina.

Kabar gugurnya Nabhan menyebar di media sosial, memicu gelombang duka dari warganet di berbagai negara. Video-video memilukan tentang dirinya, termasuk saat ia mengucapkan selamat tinggal penuh cinta kepada cucunya Reem, turut beredar luas. Beberapa video juga menunjukkan aktivitas amalnya setelah kepergian Reem, di mana ia kerap membantu pengungsi dan anak-anak Gaza.

Warganet juga membagikan unggahan Nabhan di Instagram, satu pekan sebelum syahid, yang disertai lirik: “Akankah kita bertemu? Jarak ini meremukkan hatiku. Akankah kita bersatu setelah rindu yang membakar? Hidup ini seakan berhenti, dan di malam perpisahanmu tak ada fajar yang menyingsing.”

Setelah kepergian cucunya, Nabhan mendedikasikan hidupnya untuk membantu warga di kamp pengungsian, menyelenggarakan kegiatan bagi anak-anak untuk meringankan trauma akibat perang. Semua aktivitas itu ia dokumentasikan di akun Instagram miliknya.

Menanggapi kabar syahidnya Nabhan, aktivis Palestina Ahmed Hijazi menyatakan bahwa pendudukan Israel tak hanya bertujuan membunuh warga Gaza, tetapi juga menghapus ingatan mereka dan melenyapkan saksi sebelum kesaksian terungkap.

Sementara aktivis Adnan Ra’isi mengakui bahwa momen “Ruh Ruh” merupakan pemandangan paling memilukan baginya. Hingga kini, ia tak mampu melupakan kejadian tersebut yang terpatri dalam ingatannya karena keimanan, kesabaran, dan kelembutan hati Nabhan terhadap cucu-cucunya.

Jurnalis sekaligus penulis politik Fayez Abu Shamala menyebut bahwa syahidnya Khalid Nabhan merupakan saksi atas kezaliman pendudukan Israel yang terus melakukan pembantaian terhadap warga Gaza sejak perang dimulai.

Aktivis Anwar Hamed menambahkan, banyak korban yang gugur tanpa diketahui nama atau kisah mereka, namun ada sebagian kecil yang meninggalkan cerita yang mengguncang dunia, seperti kisah Khalid Nabhan, pemilik ucapan “Ruh Ruh”.

Warganet menyebut Nabhan sebagai “Syahid cinta dan perdamaian”. Ia dianggap pahlawan tanpa senjata yang hanya berbekal kata-kata menginspirasi dan kehadiran penuh kedamaian yang membawa harapan bagi semua orang di sekitarnya.

Seorang warganet menulis: “Telah syahid seseorang yang dikenal dunia, kata-katanya hidup dalam diri kita, menjadi simbol pembersihan etnis di Gaza. Pemilik kalimat ‘Ruh Ruh’ yang diucapkannya saat kepergian cucunya.”

Didukung oleh Amerika Serikat, Israel sejak 7 Oktober 2023 telah melakukan genosida di Gaza yang menewaskan lebih dari 151 ribu warga Palestina, sebagian besar anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11 ribu orang dilaporkan hilang, dengan kehancuran masif serta bencana kelaparan yang telah merenggut nyawa puluhan anak dan lansia. Ini menjadi salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here