Spirit of Aqsa- Militer Israel menghadapi krisis kekurangan senjata yang semakin memburuk. Hal itu memaksa Israel memperluas kampanye rahasia secara global untuk memperkuat persenjataan militernya. Krisis ini terjadi meskipun industri pertahanan Israel bekerja penuh waktu dan ratusan pengiriman senjata dari Amerika Serikat telah tiba di Tel Aviv.
Setelah pecahnya perang Gaza pada 7 Oktober 2023, stok senjata tentara Israel mulai menipis, termasuk amunisi, bom, rudal, helikopter Apache, dan bahan peledak untuk menghancurkan terowongan serta bangunan di Gaza. Situasi ini semakin parah ketika pasukan cadangan yang dikerahkan di front utara dan selatan juga kekurangan peralatan militer.
Krisis Peralatan Militer
Selain kekurangan perangkat komunikasi, rompi antipeluru, dan kendaraan lapis baja, lebih dari 50% komandan lapangan Israel tidak memiliki alat penglihatan malam—peralatan penting dalam pertempuran modern. Hal ini berbanding terbalik dengan perlengkapan yang dimiliki kelompok perlawanan Palestina seperti Hamas dan Hizbullah.
Krisis tersebut semakin diperburuk oleh tuduhan kejahatan perang yang dilayangkan ke Israel di Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan meningkatnya boikot global terhadap pengiriman senjata ke negara itu.
Menurut laporan investigasi Yedioth Ahronoth, militer Israel mengalami kekurangan parah dalam stok senjata, termasuk peluru tank dan bom untuk pesawat tempur F-15. Meski telah meminta bantuan Amerika Serikat dan negara-negara lain, persaingan dengan Ukraina dan kenaikan harga oleh produsen menjadi tantangan utama.
Permintaan Senjata dari Negara Lain
Kementerian Pertahanan Israel telah mengajukan permintaan mendesak kepada Amerika Serikat untuk pengadaan helikopter Apache tambahan, bahkan bekas pakai. Namun, permintaan tersebut ditolak karena harus mengikuti antrean produksi Boeing.
Israel juga menghubungi negara-negara Balkan untuk membeli ribuan peluru tank, tetapi harga melonjak hingga 50%, mencapai $4.500 per peluru. Bahkan, Ukraina berhasil mendapatkan pesanan lebih cepat karena membayar di muka.
Selain itu, beberapa negara di Afrika dan Asia menjadi pemasok utama bahan peledak dan amunisi bagi Israel. Sebagai imbalan, negara-negara tersebut menerima teknologi militer canggih dari Israel, seperti sistem antipesawat, kendaraan tempur, dan perangkat tempur digital.
Transaksi di Bawah Meja
Banyak transaksi pembelian senjata dilakukan secara rahasia, bahkan melalui jalur tidak resmi. Beberapa negara meminta jaminan berupa teknologi canggih dari industri pertahanan Israel sebagai syarat penyediaan senjata. Menurut sumber dari Kementerian Pertahanan Israel, “Dalam situasi seperti ini, semua cara dianggap sah untuk mendapatkan senjata, termasuk jalur yang tidak konvensional.”
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel juga menggandeng broker senjata internasional untuk mempercepat pengadaan senjata. Namun, metode ini kerap melibatkan risiko tinggi karena tidak semua broker dapat dipercaya.
Laporan ini menegaskan bahwa Israel kini berada dalam perlombaan senjata global, di mana krisis senjata telah berubah menjadi perang tersendiri, dengan semua cara dianggap sah demi memenuhi kebutuhan militer.
Sumber: Al Jazeera