Spirit of Aqsa- Pakar militer dan strategi, Kolonel Hatim Al-Falahi, menyatakan, meningkatnya operasi perlawanan di Beit Lahia, Gaza Utara, menunjukkan keunggulan strategi gerilya yang digunakan pejuang kemerdekaan Palestina di Jalur Gaza. Strategi itu membuat militer Israel tak mendapatkan pencapaian militer meski sudah 41 hari menginvasi Gaza utara.
Sebelumnya, Brigade Al-Qassam mengumumkan keberhasilan lima operasi penting di Beit Lahia, termasuk melumpuhkan tiga tentara Israel dari jarak dekat, menembak mati seorang tentara, dan menghancurkan tank serta alat berat militer Israel.
Di Jabalia Barat, Al-Qassam menggunakan bom “Shawadh” untuk menghantam tank Merkava 4, sementara Saraya Al-Quds—sayap militer Jihad Islam—menghancurkan tank lain di Jalan Ash-Shimā’ dan meluncurkan serangan roket ke markas komando Israel di poros Nitsarim.
Kerugian Israel Akibat Perlawanan
Al-Falahi menjelaskan, operasi perlawanan yang meningkat di area yang dianggap Israel sepenuhnya berada di bawah kendalinya menunjukkan karakter perang gerilya. Strategi ini memungkinkan para pejuang untuk muncul di waktu dan tempat yang tidak terduga, menyebabkan kerugian besar dan memaksa Israel untuk mengevaluasi ulang taktiknya.
Sejak awal serangan darat pada Oktober, perlawanan berhasil menghancurkan 39 tank, 23 buldoser militer, dan 19 kendaraan lapis baja pengangkut personel. Selain itu, tujuh operasi penembakan jarak jauh, penghancuran 12 mulut terowongan, peledakan 11 rumah yang dipasangi bahan peledak, dan penembakan tiga drone Israel telah dilaporkan.
Efektivitas Strategi Perlawanan
Kerugian besar yang diderita Israel termasuk tewasnya Komandan Brigade 401 dan cedera serius pada Wakil Komandan Divisi 162. Al-Falahi menilai bahwa kerugian material dan manusia ini mencerminkan keberhasilan strategi perlawanan, bahkan di tengah blokade dan kehancuran.
Ia menambahkan, kemampuan Al-Qassam untuk terus beroperasi secara efektif di kawasan utara menunjukkan keberlanjutan sistem komando dan kontrol mereka.
Poros Nitsarim yang menjadi pusat strategis bagi Israel kini menghadapi tantangan serius, karena kemampuan perlawanan untuk melancarkan serangan berulang menjadikan setiap hari invasi Israel semakin mahal secara militer dan politik.