Spirit of Aqsa– Platform ekonomi Israel, Calcalist,”melaporkan pernyataan anggota oposisi di Komite Keuangan Knesset, Vladimir Beliak dari partai Yesh Atid, terkait defisit besar dalam anggaran tahun 2024 yang mencapai 40 miliar shekel (setara $10,5 miliar/Rp158,6 triliun). Situasi ini memicu keraguan tentang kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban keuangannya tahun depan.
Beliak menjelaskan bahwa defisit tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor utama. Dalam rapat yang membahas anggaran tambahan untuk tahun 2024, ia mengungkapkan bahwa sekitar 20 miliar shekel ($5,25 miliar) dari kekurangan ini berasal dari bantuan Amerika Serikat yang diperkirakan tidak akan diterima Israel tahun ini. Pernyataan ini berdasarkan informasi yang disampaikan oleh perwakilan Kementerian Keuangan.
Selain itu, Beliak juga menyoroti bahwa sekitar 20 miliar shekel lainnya belum dibayarkan sebagai kompensasi kepada perusahaan dan warga yang terdampak akibat perang, termasuk wilayah yang terkena dampak serangan antara 2023 dan 2024. Namun, belum jelas apakah seluruh kompensasi tersebut akan dibayarkan pada tahun 2024, dan sebagian mungkin akan ditunda hingga tahun 2025, menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan dana pajak properti untuk menutupi pengeluaran ini.
Penolakan Revisi Anggaran
Dalam situasi ini, Beliak meminta ketua Komite Keuangan, Moshe Gafni dari partai Yahadut HaTorah, untuk mendesak Kementerian Keuangan agar menarik proposal anggaran tambahan dan menyusun ulang proposal yang lebih realistis. Namun, Gafni menolak permintaan tersebut, dan komite diperkirakan akan segera memberikan suara untuk mendukung peningkatan anggaran negara sebesar 3,357 miliar shekel (sekitar $900 juta) pada tahun 2024.
Perkiraan Defisit yang Meningkat
Sementara itu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich memperkirakan defisit anggaran akan turun dari 8,1% dari PDB saat ini menjadi 6,6% pada akhir 2024. Namun, Beliak menganggap proyeksi ini tidak realistis, menuduh pemerintah dan menteri keuangan menipu publik, serta memperingatkan bahwa kondisi keuangan ini tidak bisa dipertahankan dan akan membawa dampak ekonomi yang sangat besar.
Anggota Knesset Naama Lazimi dari Partai Buruh juga menambahkan bahwa Kementerian Keuangan telah mengakui perlunya menyusun anggaran tambahan ketiga pada 2024, mengingat kemungkinan besar bantuan AS tidak akan diterima. Ia menyebut situasi ini sebagai “lelucon,” yang merusak kepercayaan internasional terhadap ekonomi Israel, memicu pemotongan anggaran besar-besaran, tekanan pada layanan publik, kenaikan harga, dan penurunan peringkat kredit.
Lazimi menutup dengan mengkritik Smotrich atas tindakan yang dinilainya “sembrono dan tidak bertanggung jawab,” serta menyarankan penyusunan anggaran tambahan terpadu yang memperhitungkan absennya bantuan AS dan menetapkan pemotongan pengeluaran kementerian serta anggaran koalisi yang tidak perlu.