Spirit of Aqsa- Warga Palestina di Jalur Gaza terpaksa putar otak memanfaatkan limbah plastik untuk dijadikan bahan bakar, di tengah blokade Israel yang terus berlangsung hingga hari ini.
Dilansir Reuters, beberapa warga Palestina yang tinggal di wilayah utara Gaza mengaku beralih menggunakan limbah plastik untuk jadi bahan bakar, untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kami berjalan jauh untuk mengumpulkan plastik dan membawanya dari gedung dan menara yang runtuh,” kata warag Gaza berusia 16 tahun, Mostafa Mosleh.
“Terkadang saya takut akan pengintaian (oleh pasukan pendudukan Israel) dan saya takut puing-puing jatuh menimpa saat saya berjalan,” ujarnya.
Kerabatnya, Mahmoud Mosleh, memilah barang-barang tersebut bersama warga lain, memotongnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk dipanggang di oven darurat yang didirikan di antara sisa-sisa bangunan.
“Saya bersyukur kepada Tuhan, kami berhasil dengan bantuan Tuhan untuk mengubah plastik menjadi bensin dan bahan bakar. Kami beralih ke hal ini karena kekurangan bahan bakar yang parah,” ujar Mahmoud.
Warga Palestina lainnya, Farid Gomaa, harus pergi ke Beit Lahia di utara Jalur Gaza untuk mendapatkan sebagian bahan bakar yang dihasilkan dari pembakaran plastik. Dia mengaku terpaksa meski takut akan serangan udara Israel.
“Kami datang ke sini di tengah bahaya, dan kami melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan satu liter bahan bakar yang lebih murah dibandingkan tempat lain,” ungkap Gomaa.
Warga juga mengaku pembakaran plastik untuk dijadikan bahan bakar sangat penuh tantangan dan berisiko. Namun mereka mengaku harus melakukannya dengan tabah.
“Kita berjalan dengan perlindungan Tuhan,” kata Mahmoud.
Krisis bahan bakar akibat blokade Israel di Jalur Gaza berdampak besar pada berbagai sektor kehidupan warga Palestina. Baru-baru ini, Rumah Sakit Indonesia di Gaza juga nyaris kolaps, karena kekurangan bahan bakar.
Direktur rumah sakit Indonesia, Mourwan Sultan, mengatakan RS itu terancam berhenti operasi karena kekurangan bahan bakar.
“Rumah Sakit Indonesia menghadapi kekurangan bahan bakar yang parah, yang mengancam bisa menghentikan layanan medis sepenuhnya jika Israel terus mencegah bahan bakar masuk,” kata Sultan dikutip Anadolu Agency, Senin (9/9).
Dia juga mengatakan jika bahan bakar tak kunjung datang, operasi rumah sakit tak bisa maksimal dan bisa memicu lebih banyak pasien meninggal.
RS di Gaza lain, Kamal Adwan, juga menghadapi nasib serupa.
Dalam pernyataan resmi, RS menyatakan fasilitas medis tersebut akan berhenti operasi dalam 48 jam jika bahan bakar tak kunjung datang.
“Ini menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap kehidupan banyak pasien dan korban luka yang saat ini tengah menjalani perawatan,” demikian rilis RS Kamal Adwan.
Peringatan dua RS yang nyaris lumpuh muncul saat Gaza dihantam krisis karena agresi brutal Israel sejak Oktober 2023.
Selama agresi, Israel memperketat bantuan yang masuk ke Gaza dan melarang bahan bakar turut serta dalam pengiriman.
Mereka mengklaim bahan bakar bisa disalahgunakan Hamas untuk menyerang Israel. RS padahal sangat membutuhkan bahan bakar tersebut.
Sejauh ini, puluhan rumah sakit di Gaza berhenti operasi karena agresi Israel.