Spirit of Aqsa, Palestina- Menurut studi akademis Israel terbaru, sekitar setengah penduduk Utara Israel mengalami gangguan pasca-trauma dan tidak ingin kembali ke rumah mereka.
Studi yang hasilnya dipublikasikan oleh media Israel menyatakan, 48% dari penduduk yang dievakuasi dari Galilea Timur (dekat Lebanon) menderita gangguan pasca-trauma dengan tingkat yang 3 kali lebih tinggi dari sebelum 7 Oktober, yaitu sebelum Operasi Taufan Al-Aqsa.
Studi tersebut juga menunjukkan, 90% penduduk Galilea Timur mengalami kerugian finansial akibat perang. Selain itu, 50% dari pemilik bisnis swasta melaporkan adanya kerusakan pada kemampuan mereka untuk bekerja.
Selain itu, 50% juga melaporkan kerugian signifikan dalam situasi finansial mereka, dengan penurunan pendapatan sebesar setidaknya 50% selama periode ini.
Dampak Negatif Perang
Penduduk Utara Israel menghadapi dampak ekonomi negatif yang besar dari perang di Gaza yang berlanjut selama lebih dari 3 bulan tanpa mencapai tujuan, mengganggu sektor ekonomi utama dan mengungsikan ribuan penduduk daerah di Utara yang dekat dengan Lebanon dan di Selatan yang dekat dengan Gaza.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah Lebanon dan pasukan Israel saling bertukar tembakan melintasi perbatasan, menyebabkan puluhan tewas dan luka-luka dari kedua belah pihak dan mengungsikan sejumlah besar penduduk daerah perbatasan.
Studi dan data terbaru Israel mengungkapkan gambaran yang kelam tentang dampak surprise attack yang dilancarkan oleh pejuang Palestina terhadap permukiman di “Kawasan Gaza” dan kota-kota selatan pada 7 Oktober 2023 terhadap kesehatan mental dan psikologis warga Israel.
Dalam studi yang baru-baru ini dipublikasikan, Ketua Asosiasi Kesehatan Mental dalam Masyarakat Israel, Dr. Ido Luria, menyoroti data yang memperkirakan bahwa hingga 625 ribu orang di Israel akan menderita ganggaun mental sebagai dampak dari “Operasi Taufan Al-Aqsa” dan perang yang menyusulnya di Gaza, dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap peningkatan tingkat bunuh diri.
Sumber: Al Jazeera, Anadolu Agency
