Spirit of Aqsa, Palestina- Jurubicara Kementerian Kesehatan, Dr. Ashraf Al-Qudra, mengonfirmasi, jumlah korban dalam pembantaian pada hari ke-97 dari genosida berkelanjutan di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 23.469 syuhada dan 59.604 luka sejak 7 Oktober 2023. 70% korban dari agresi Israel adalah anak-anak dan perempuan.
Al-Qudra mengatakan, teroris Israel sengaja menghancurkan pemukiman, infrastruktur, sasaran sipil, dan fasilitas kesehatan, serta melakukan kejahatan genosida dan eksekusi massal di Gaza.
Kemenkes Palestina mencatat 10 pembantaian oleh teroris Israel terhadap keluarga di Gaza, yang merenggut 112 syuhada dan 194 luka, hanya dalam 24 jam terakhir. Sementara itu, beberapa korban masih tertimbun di bawah reruntuhan, dan tim ambulans dan pemadam kebakaran tidak dapat mencapainya.
Pelanggaran Israel terhadap Sistem Kesehatan Terus Berlanjut
Al-Qudra menekankan, pelanggaran Israel terhadap sistem kesehatan telah menyebabkan kematian 337 tenaga medis dan spesialis medis, dengan 99 di antaranya ditahan dalam kondisi sulit dan tidak manusiawi.
“Pasukan Israel menyerang 150 fasilitas kesehatan, menyebabkan 30 rumah sakit dan 53 pusat kesehatan keluar dari layanan, serta merusak dan menghancurkan 121 ambulans,” kata Al-Qudra dalam konferensi pers, dikutip Palinfo, Kamis malam (11/1).
Ribuan Terluka Membutuhkan Perawatan di Luar Negeri
Al-Qudra mengatakan, jumlah pasien yang diizinkan meninggalkan Gaza sangat sedikit dibandingkan dengan ribuan kasus yang memerlukan intervensi penyelamatan nyawa. Setidaknya ada 6.200 korban luka yang hars dirawat di luar negeri untuk menyelamatkan nyawa mereka.
Tentang pasien kanker, Al-Qudra menjelaskan, ada 10.000 pasien kanker yang berisiko meninggal karena Rumah Sakit Persahabatan Turki tidak bisa beroperasi. Para pasien juga tidak bisa ke luar negeri untuk menerima perawatan.
Situasi di Rumah Sakit di Gaza Mengerikan
Al-Qudra situasi kesehatan di rumah sakit di selatan Gaza sangat mengerikan dan tidak dapat dijelaskan. Itu karena rumah sakit telah dipenuhi oleh korban luka dan puluhan ribu pengungsi.
Al-Qudra menunjukkan, tingkat okupansi tempat tidur di semua rumah sakit melebihi 340% di ruang dan perawatan intensif. Jumlah terluka lebih dari 4 kali kapasitas rumah sakit klinis, dan para terluka tidur di lantai dan koridor.
“Semua tempat tidur rumah sakit (obstetri dan kandungan) telah diubah menjadi tempat tidur operasi, dan dilakukan perluasan berturut-turut untuk tempat tidur di koridor, tenda, dan sekolah-sekolah di sekitarnya,” ujarnya.
Al-Qudra menunjukkan, bagian perawatan bayi menghadapi kekurangan obat untuk bayi baru lahir, termasuk surfaktan yang diperlukan untuk proses pernafasan dan antibiotik.
Di sisi lain, para pengungsi di tenda pengungsian di bawah cuaca dingin meningkatkan penyebaran penyakit pernapasan, kulit, dan penyakit menular lainnya yang membahayakan lebih dari 1,9 juta pengungsi.
Mereka menuntut agar semua lembaga internasional mengambil tindakan mendesak dan terfokus untuk mencegah bencana yang mengancam mereka.
Dia menyatakan, Kementerian Kesehatan telah menerima 8 tim medis internasional dan memudahkan pekerjaan mereka untuk mendukung tim medis di rumah sakit di selatan Gaza guna menyelamatkan nyawa para korban luka.
Panggilan kepada Pihak Internasional untuk Menyelamatkan Para Korban Luka
Al-Qudra meminta pihak internasional untuk mengirimkan tim medis dan rumah sakit lapangan untuk membantu menyelamatkan nyawa para korban luka.
Dia juga meminta agar lembaga internasional bisa mengupayakan perawatan korban luka di luar negeri. Selain itu, penting untuk penyediaan bantuan medis yang sesuai dengan kebutuhan mendesak dan penting rumah sakit.
Dia meminta lembaga internasional untuk menciptakan mekanisme yang efektif untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit di utara Gaza akan obat-obatan dan bahan bakar agar dapat tetap beroperasi dan menjamin kelangsungan pekerjaannya.
Al-Qudra juga meminta PBB dan Komite Internasional Palang Merah untuk mengunjungi tahanan di antara staf kesehatan dan menekan untuk pembebasan mereka.