Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- Muayyad mengantri untuk mengisi air, tidak peduli manis atau asin. Antrian panjang untuk memperoleh air sudah menjadi pemandangan lumrah bagi warga Jalur Gaza/

“Dari jam enam pagi, aku bangun sebelum fajar, supaya aku bisa mengisi air, dan aku tidak peduli manis atau asin, yang penting kita minum. Dua hari ini tak ada setetes pun air di dalam rumah. Sudah diputus untuk kita. Dua hari yang lalu mencapai setengah jam, lalu berhenti. Tanganku patah karena menaikkan air ke atas tangga,” kata Muayyad, dikutip dari Aljazeera, Kamis (28/12).

Sementara, Umm Youssef Basal harus berjalan jauh demi mendapatkan sedikit air. Sama seperti Muayyad. Dia tak peduli air itu asin atau segar. Hal terpenting bagi Umm Youssef adalah bisa minum.

“Demi Allah, kami mengisi air dan membawanya dalam jarak jauh. Kadang-kadang tidak ada air segar, jadi kami minum air asin. Anak-anak, dewasa , dan kita semua jatuh sakit,” ujarnya.

Pengeboman Sumber Air

Direktur Departemen Air di Jalur Gaza, Insinyur Munther Shublaq, mengatakan, sejak hari pertama pembantaian di Jalur Gaza, teroris Israel dengan sengaja mengebom semua yang ada di darat. Mereka mengebom tangki air, memompa stasiun, dan sumur, serta mengebom infrastruktur dan jaringan, yang jelas-jelas hilang akibat pemboman tersebut.

Dia mengaku mendapat laporan dari pemerintah kota Beit Lahia, teroris Israel telah menghancurkan semua sumur, stasiun, dan gudang air di kota tersebut. Israel telah mengebom air sumur bawah tanah, gudang dan instalasi pengolahan di wilayah Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.

“Israel sudah menghancurkan semuanya. Sekarang sudah tidak dapat digunakan lagi. Semua ini dipasang dengan dukungan dari Arab dan negara-negara Islam sebelumnya.”

 “Pemadaman listrik, pemboman yang terus berlanjut, dan kegagalan untuk mendatangkan bahan bakar diesel tentu menyebabkan gangguan total terhadap kemampuan kami sebagai penyedia layanan, yang memasok kebutuhan masyarakat akan bahan bakar diesel.

“Ada laporan di awal perang yang dikeluarkan oleh organisasi internasional dan UNRWA. Dinyatakan bahwa porsi air per kapita di Jalur Gaza sama dengan 100 liter, dan saat ini telah menurun hingga setara dengan hanya 6 liter, bisa dibayangkan apa dampaknya terhadap kehidupan setiap warga di Gaza,” ujar Munther.

Munther meminta negara-negara di dunia dan organisasi internasional untuk memberikan bantuan air yang diperlukan, perangkat yang membantu menyediakan air, dan menyediakan air di pusat-pusat penampungan bagi para pengungsi.

“Sebelum dunia menyadari bencana lingkungan yang menyebabkan lebih banyak penyakit dan epidemi kepada warga Jalur Gaza,” ujarnya.

Penghancuran Solusi Alternatif

Teroris Israel juga mengebom panel surya di kota-kota dan rumah-rumah warga. Munther mengatakan, Gaza telah kehilangan sumber penting dan efektif dari sumber alternatif untuk menyediakan air, karena pengeboman panel surya.

“Semua orang mengetahui kekuatan dari panel surya. Pengeboman dan pengrusakan yang mengakibatkan seluruh bangunan dirobohkan. Persoalan tidak berhenti pada panel saja,” ungkapnya.

Jalur Gaza telah menderita krisis air selama bertahun-tahun, dan banyak lembaga mengatakan, penduduk Gaza sebelum perang hanya mendapatkan sekitar 35% dari kebutuhan air sebenarnya.

Menurut laporan resmi, reservoir air tanah merupakan satu-satunya sumber yang diandalkan sebagian besar penduduk Gaza untuk memperoleh sekitar 94% dari total kebutuhan air mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here