SpiritofAqsa.or.id, Palestina- Kegagalan militer Israel melenyapkan Hamas dalam perang di Jalur Gaza memicu adu mulut antara Panglima Militer Letnan Jenderal Herzi Halevi dan para menteri Israel.
Mereka bertemu dalam rapat kabinet tertutup pada Senin malam (18/12) waktu setempat. Para menteri kabinet pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bertanya kepada Halevi tentang pencapaian perang di Gaza.
Menurut dua sumber, yang dikutip Jerusalem Post, Rabu (20/12), Jenderal Halevi merujuk pada penumpasan pejabat senior Hamas dan berkata: “Amerika memerlukan waktu 10 tahun untuk membawa kepala Osama bin Laden.”
Beberapa menteri marah. Menteri Kehakiman Yariv Levin bertanya, “Kami memasuki Gaza sehingga memakan waktu 10 tahun? Akankah dibutuhkan waktu 10 tahun untuk melenyapkan Hamas?”.
Menteri Perhubungan Miri Regev ikut bergabung dan bertanya-tanya; “Siapa yang akan berada di sini dalam 10 tahun ke depan untuk melihat hasilnya?”
Menteri Luar Negeri Eli Cohen mengatakan kepadanya: “Kami akan berada di sini selama sepuluh tahun lagi,” dan Regev menjawab: “Kami harus membawanya [pemimpin Gaza Hamas Yahya Sinwar] jauh sebelum 10 tahun.”
Halevi menjawab: “Di sini, ada orang-orang baik yang mengerjakannya, dan ini akan memakan waktu lebih sedikit.”
Dalam perdebatan keras itu, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mempertanyakan pengumuman Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bahwa mereka menskors para tentara karena melaksanakan ibadah Shema Yisrael di sebuah masjid di Jenin, Palestina. Halevi menjelaskan kepadanya bahwa keputusan tersebut didasarkan pada nilai-nilai IDF dan para komandannya.
Ben-Gvir menyela: “Saya adalah anggota kabinet, saya adalah pejabat politik, kami memutuskan [apa yang bermoral].”
Panglima Militer Israel menjawab: “Anda salah; Saya akan memutuskan apa yang merupakan tindakan moral dan apa yang tidak termasuk dalam ketentaraan. Jangan mengancam saya.”
Dalam video yang beredar di media sosial, seorang tentara IDF terlihat di dalam masjid Jenin memegang mikrofon dan melantunkan Shema Yisrael. Mikrofon yang sama itu biasanya digunakan untuk mengumandangkan azan.
IDF menanggapi rekaman yang beredar tersebut, dengan menyatakan bahwa sikap seperti itu dianggap “tidak dapat diterima”. Belakangan, militer Israel mengonfirmasi bahwa tentara yang terlibat dilarang melakukan semua aktivitas operasional.