Spirit of Aqsa, Jalur Gaza- Rabu (8/11), organisasi internasional menyajikan data yang menunjukkan tingkat bencana kemanusiaan dan kehancuran akibat pembantaian yang dilakukan penjajah Israel di Jalur Gaza.
Kepala kantor Media pemerintah (Wafa), Salama Marouf, mengatakan, penjajah Israel melancarkan perang kelaparan terhadap penduduk Jalur Gaza. Para penjajah tidak membedakan antara penduduk Gaza di utara dan selatan.
“Tanda-tanda kekurangan gizi dan dehidrasi mulai menyebar di kalangan anak-anak di Gaza,” kata Marouf dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, dikutip Kamis (9/11).
Dia mencontohkan, truk bantuan yang masuk ke Jalur Gaza selama satu bulan lebih setara bantuan satu hari sebelum pembantaian terjadi. Muatan truk pun bukan kebutuhan dasar dan mendesak yang diperlukan penduduk Gaza saat ini.
Air dan listrik
Di Beirut, pemimpin Hamas, Bassem Naim, mengatakan, air minum di Gaza telah hilang lebih dari 90%. Penduduk Gaza seringkali terpaksa meminum air laut, yang sangat rentan terhadap penyakit.
Sejak awal pembantaian, penjajah Israel sengaja memutus pasokan air ke Jalur Gaza sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan. Sangat memalukan bagi komunitas internasional jika membiarkan penjajah Israel melakukan tindakan tersebut.
“Penduduk Gaza menderita krisis yang menyesakkan dalam menyediakan roti akibat pemboman toko roti oleh pendudukan (zionis Israel),” ujar Naim. Dia meminta PBB tidak tunduk kepada keinginan penjajah Israel.
Sementara itu, Jalal Ismail, kepala Otoritas Energi Palestina di Gaza, mengatakan, 70% jaringan transmisi dan distribusi listrik di Jalur Gaza hancur akibat pembantaian yang dilakukanpenjajah Israel. Kerugian di sektor ketenagalistrikan di Gaza diperkirakan lebih dari $80 juta.
Rumah Sakit Berhenti
Di bidang kemanusiaan, kepala kantor media Doctors Without Borders, Enas Abu Khalaf, mengatakan, lebih dari 40% rumah sakit di Gaza telah berhenti beroperasi. Dia menyerukan gencatan senjata, karena menjadi satu-satunya jalan keluar dari krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Dalam konteks ini, juru bicara Kementerian Kesehatan di Gaza, Ashraf Al-Qudra, memperingatkan meningkatnya ancaman penjajah Israel terhadap rumah sakit dan permintaan berulang kali untuk mengevakuasi rumah sakit. Dia menyerukan Palang Merah untuk masuk ke dalam rumah sakit untuk memberikan perlindungan.
Jalur bantuan kemanusiaan juga harus diberikan jaminan keamanan terutama pangan dan bahan bakar, selain memberikan akses korban luka untuk mendapatkan perawatan di luar Gaza. Tak hanya itu, dia meminta agar lembaga internasional menekan penjajah Israel agar tim medis dari semua spesialis bisa masuk ke Gaza.
Penghancuran Rumah
Pada topik lain, Pelapor Khusus PBB tentang hak kebebasan berekspresi, Irene Khan, mengungkapkan, serangan penjajah Israel di Gaza menyebabkan hancur atau rusaknya 45% dari seluruh unit perumahan di Jalur Gaza.
Hal ini menyebabkan 1,5 juta orang menjadi penyintas, dan kematian lebih dari 10.000 orang, termasuk lebih dari 80 pegawai PBB. Dia menggambarkan penghancuran rumah dan infrastruktur warga sipil di Gaza sebagai kejahatan perang internasional.
Irene Khan menyerukan dunia untuk segera bertindak guna mengakhiri serangan luas terhadap perumahan dan infrastruktur sipil di Gaza, yang telah menimbulkan banyak korban jiwa. Sementara itu, pelapor PBB tentang hak atas pangan, Michael Fakhri, mengatakan, penduduk di Gaza berisiko mengalami genosida.
Sumber: Al Jazeera