Spirit of Aqsa, Palestina- The Institue for National Security Studies (INSS), lembaga pemikiran (think tank) keamanan ‘Israel’ berbasis di Tel Aviv ingin menggulingkan Grand Syeikh Al-Azhar Asy-Syarif, Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb. INSS mengerluarkan rekomendasi agar negara-negara Arab ikut melemahkan universitas Islam tertua tersebut.
Rekomendasi ini dikeluarkan INSS karena lembaga Islam berpengaruh ini terus memberikan fatwa yang memusuhi penjajah ‘Israel’. “Selama lebih dari satu dekade, Al-Azhar secara konsisten mendorong wacana bermusuhan berhadapan dengan ‘Israel’, “ tulisnya dua penelitinya di edisi INSS Insight No. 1777, Kamis, 2 November 2023.
Lembaga ini juga menuduh Al-Azhar telah memicu ketegangan Internasional –khususnya di dunia Arab—dengan mendorong pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha. “Sebagian dari wacana ini (Al-Azhar, red) berupaya untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina melawan apa yang disebut al-Azhar sebagai “entitas Zionis,” tulisnya.
Peneliti juga kurang berkenan dengan pernyataan Al-Azhar yang diterbitkan dalam bahasa Arab, Inggris, dan Ibrani dengan judul; “Pendudukan adalah sumber dari semua kejahatan.”
Karena itu, INSS mengeluarkan tiga rekomendasi mengenai Al-Azhar, yang dipublikasikan pada hari Kamis, (2/11/2023), yang menyangkut kedudukan Al-Azhar. Di bawah ini rekomendasi institusi yang diklaim sebagai lembaga pemikir keamanan dan pertahanan nasional terkemuka di ‘Israel’ ini.
Rekomendasi pertama, INSS meminta agar “Negara-Negara Moderat” menekan pihak Pemerintahan Mesir agar, bisa menekan Al-Azhar, yang disebutnya telah “melakukan ujaran kebencian” dan meningkatkan ketegangan politik dan agama. Dan jika perlu, dengan cara mengganti posisi Grand Syeikh Al-Azhar.
Rekomendasi kedua, INSS ingin agar “Negara-Negara Moderat” ikut melemahkan perngaruh Al-Azhar, yakni agar Lembaga-lembaga yang selama ini bekerja sama dengan Al-Azhar meninjau ulang hubungan kerjasasama dengan lembaga tersebut, serta melakukan pengawasan kepada cabang intenernasionalnya.
Yang dimaksud INSS sebutan ‘Negara-Negara Moderat’ adalah; ‘‘Israel’’, Amerika Serikat (AS), Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).
“‘Israel’, Amerika Serikat (AS) dan negara-negara Arab moderat, seperti Arab Saudi dan UEA, harus menuntut pemerintah Mesir – yang merupakan sumber utama pengaruh dan pendanaan untuk al-Azhar – harus mengerahkan seluruh upayanya untuk menghentikan lembaga ini,” tulisnya.
Rekomendasi ketiga, INSS ingin agar pendanaan terhadap institusi Al-Azhar dihambat. Baik dari dalam negeri, maupun dari luar negeri, jika terdapat pihak-pihak yang mendanai Al-Azhar, salah satunya adalah Uni Emirat Arab (UAE), sehingga pihak-pihak yang menyokong dana untuk Al-Azhar untuk meninjau kembali dukungan itu.
“Bantuan Amerika yang diberikan kepada Mesir atas perannya dalam perjuangan melawan “terorisme” juga harus dibarengi dengan harapan untuk mengendalikan al-Azhar.”
Rekomendasi ini ditulis oleh peneliti INSS Dr. Ofir Winter dan Dr. Michael Barak. Ofir Winter merupakan Peneliti Senior di INSS dan dosen di Departemen Studi Arab dan Islam di Universitas Tel Aviv, sedangkan Michael Barak peneliti senior di International Institute of Counterterrorism (ICT) dan dosen di Lauder School of Governance, Diplomacy and Strategy di Reichman University.
Sejak awal serangan ‘Israel’ yang berujung pada usaha pembantaian massal di Gaza, Palestina, Al-Azhar termasuk salah satu lembaga keagamaan yang sangat tegas dan keras, mengecam penjajah dan sekutu-sekutunya, termasuk Amerika Serikat yang dinilai secara tidak manusiawi berlaku dzalim kepada rakyat Palestina.
“Salam selamat barakah dari sisi Allah kepada Al-Muqaawamah Palestina serta rakyat Gaza, kalian adalah simbol izzah dan perlawanan,” demikian pesan Al-Azhar saat serangan ‘Israel’ yang memasuki hari ke 26.
Dalam pesannya Al-Azhar meminta Pemerintah Negara Muslim di dunia untuk segera memberi bantuan rakyat Palestina atas penindasan ‘Israel’. Tak lupa institusi ini meminta warga Gaza bersabar atas kekejian Zionis, dan tetap bersandar pada Al-Quran.
“Salam selamat kepada anak-anak dan para wanita Gaza yang terus bersabar, kalian rakyat Gaza, dengan jasad lemah dan dada terbuka melawan kobaran api yang dikirimkan kepada kalian oleh pasukan teroris yang telah Allah cabut rahmat dari hati mereka.”
“Pasukan penjajah adalah pasukan teroris yang tak memiliki moralitas dan kemanusiaan, mereka melegalkan berbagai kejahatan brutal; mengebom rumah sakit, menghancurkan masjid dan Gereja, membunuh wanita, anak-anak, wartawan, serta warga sipil tak berdosa yang tiada daya dan upaya.”
“Wahai para pahlawan: ambillah suplai kekuatan kalian dari Al-Quranul Karim, mintalah pertolongan dari Allah melalui Kalam-Nya.”
Ketegasan Al-Azhar ini rupanya tidak sejalan dengan harapan ‘‘Israel’’. Karena itulah INSS dalam tulisanya berjudul “Dari Islam Moderat menuju Islam Radikal” lembaga ini menuduh lembaga yang menangungi banyak ulama Sunni ini berubah menjadi “gerakan radikal”.
Hubungan INSS dengan Intelijen dan Militer ‘Israel’
Dalam laman resminya, disebutkan lembaga ini didirikan tahun 1984, merupakan sebuah lembaga penelitian yang beraviliasi dengan Universitas Tel Aviv, dengan fouus pada masalah intelijen dan keamanan nasional.
Pakar urusan ‘Israel’ dari Mesir, Dr. Muhammad Abud menjelaskan mengenai siapa INSS ini. Dikutip Russia Today, Kamis (2/11/2023), pengajar bahasa Ibrani di Universitas Ains Syams ini menyatakan bahwa lembaga ini memiliki sumber intelijen dan melayani orientasi keamanan nasional ‘Israel’, dan juga merupakan badan penelitian yang secara tidak langsung melayani tentara penjajah Zionis.
Di laman resminya, INSS menyebutkan misi utamanya adalah membentuk wacana publik mengenai isu-isu dalam agenda keamanan nasional ‘Israel’, dan memberikan analisis dan rekomendasi kebijakan kepada para pengambil keputusan, pemimpin publik, dan komunitas strategis, baik di ‘Israel’ atau di luar negeri.
Dalam publikasinya pada bulan Desember 2022, INSS juga mengeluarkan rekomendasi kebijakan bagi pemerintah penjajah dengan topik “Hari setelah Mahmous Abbas”. Dimana lembaga ini merekomendasikan agar ‘Israel’ bisa mendesain pergantian dengan mulus, agar penggantinya tetap bisa menguntungkan zionis.
“‘Israel’ mempunyai alat untuk mendukung proses ini, seperti dukungan terhadap Otoritas Palestina dan pemerintahannya,” tulis rekomendainya.
Sumber: Hidayatullah