Spirit of Aqsa, Amerika- Majalah American Time menerbitkan sebuah laporan yang memaparkan tujuan zionis Israel ingin melenyapkan Hamas dari Jalur Gaza. Majalah tersebut merujuk pada pendapat para ahli yang mengatakan, para pejabat Israel tidak berpikir cukup strategis mengenai rencana jangka panjang untuk Gaza.
Majalah tersebut mengidentifikasi empat opsi yang mungkin dilakukan Israel terhadap Gaza. Opsi tesebut berdasarkan wawancara dengan para ahli yang mengatakan bahwa masing-masing opsi memiliki tantangan tersendiri.
Opsi pertama: Israel tidak Melancarkan Serangan Darat
Majalah tersebut mengungkapkan, invasi darat akan menyebabkan banyak kematian dari kedua belah pihak. Tentara Israel akan menghadapi jenis peperangan perkotaan yang belum pernah mereka saksikan dalam sembilan tahun sejak invasi darat terakhir pada 2014. Kali ini, kehadiran sekitar 220 tahanan yang dibawa ke Jalur Gaza akan semakin memperumit masalah.
“Kemungkinan besar para sandera akan dibubarkan. Mengingat kurangnya dukungan evakuasi medis atau kemampuan untuk dengan mudah memasukkan pasukan reaksi cepat untuk mendukung mereka yang bekerja di lapangan, hal ini akan terjadi. sulit untuk melakukan misi penyelamatan sandera rahasia secara simultan di berbagai lokasi di Gaza,” ujar Alex Pletsas dari lembaga pemikir Dewan Atlantik, dikutip Al Jazeera, Sabtu (28/10).
Opsi kedua: Menduduki kembali Gaza
Dalam skenario ini, Israel mungkin akan menduduki kembali Jalur Gaza dan bertanggung jawab mengatur wilayah Palestina. Michael Milstein, seorang profesor urusan Palestina di Universitas Reichman di Israel, mengatakan, skenario ini akan menjadi salah satu pilihan terburuk bagi Israel.
Presiden AS Joe Biden juga memperingatkan dalam wawancara sebelumnya bahwa “adalah kesalahan” jika Israel menduduki kembali wilayah tersebut, sehingga pasukan Israel akan menghadapi perlawanan berat dari faksi perjuangan.
Opsi ketiga: Melenyapkan Hamas dan Meninggalkan Gaza
Dalam skenario ini, Israel akan berusaha menghancurkan Hamas, namun menahan diri untuk tidak terlibat dalam urusan pemerintahan Gaza yang berantakan.
Milstein memperingatkan, dalam kasus ini, Jalur Gaza dapat dengan mudah terjerumus ke dalam kekacauan dan konflik kekerasan ketika kelompok-kelompok berbeda bersaing untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang disebabkan oleh ketidakhadiran Hamas.
“Ini mungkin tampak seperti rezim baru yang coba didirikan Amerika di Irak setelah jatuhnya rezim Baath pada 2003,” ujarnya.
Opsi keempat: Membawa Pemain Baru untuk Menguasai Gaza
Dalam hal ini, Israel mungkin berusaha mencari faksi lokal lain di Gaza dan mencoba menjalin kemitraan dengan mereka untuk membentuk partai berkuasa baru.
“Ini bisa berarti para pemimpin suku, LSM, walikota, atau bahkan tokoh senior di Fatah, gerakan politik yang mengendalikan Otoritas Palestina,” kata Milstein.