Di Gaza, angka syuhada terus bertambah. Dalam hitungan jam terakhir saja, 57 warga Palestina syahid akibat gempuran pasukan Israel, termasuk empat orang yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan.
Serangan udara ke area terowongan di timur laut Gaza merenggut dua nyawa dan melukai banyak lainnya. Satu keluarga kehilangan empat anggotanya sekaligus setelah rumah mereka di Al-Syati rata dengan tanah. Dari utara hingga selatan, Gaza kembali jadi ladang pembantaian: kawasan Al-Jalaa dihujani bom, Khan Younis dihancurkan dengan bahan peledak.
Sejak 7 Oktober 2023, Gaza dihantam tanpa henti. Kini jumlah korban mencapai 65.502 syahid dan 167.376 terluka. Angka yang beku dalam laporan, namun di baliknya ada ratusan tubuh yang masih terkubur di bawah reruntuhan, menunggu digali atau hilang ditelan debu.
Namun Gaza tidak diam. Brigade Al-Qassam mengumumkan operasi balasan di Sheikh Ridhwan. Mereka menargetkan dua buldoser militer Israel dengan roket “Yassin 105” dan sebelumnya menghantam kendaraan pasukan penyamar Israel hingga seluruhnya tewas.
Sementara itu, militer Israel mengakui satu tentaranya tewas ditembak sniper, sekaligus membantah kabar percobaan serangan roket ke helikopter tempur.
Di panggung politik, dunia kembali menyaksikan ironi. Benjamin Netanyahu, yang diburu Mahkamah Pidana Internasional, berdiri di podium PBB di New York. Kritik internasional kian deras, tetapi agresi tetap berlanjut. Donald Trump berbicara soal “rencana perdamaian,” sementara Gaza terus diguyur bom.