Spirit of Aqsa, Jakarta – Imam Masjidil Aqsa Syaikh Ikrimah Sabri mengingatkan, bahwa Jumat (21/8) akan menjadi peringatan pembakaran Masjid Al-Aqsa. Dia menekankan, meski peristiwa terjadi 51 tahun silam, pada 21 Agustus 1969, namun apinya terus menyala hingga hari ini.

“Sejak kejadin pada Kamis 21 Agustus 1969, dan itu menghanguskan mimbar Salahuddin al-Ayyubi, api itu terus menimpa Al-Aqsa hingga hari ini, yang ditandai dengan serbuan orang-orang Yahudi ke halaman Al-Aqsa,” kata Syeikh Ikrimah dikutip Quds Press.

Dia menjelaskan, tindakan para pemukim ilegal Yahudi di Masjid Al-Aqsa adalah penyusupan. Berbeda antara pengunjung dan penyusup. Pengunjung memasuki rumah dengan izin pemiliknya. Sedangkan penyusup memasuki rumah tanpa izin bahkan dengan paksa.

“Bahkan orang-orang Yahudi ekstrim ini tidak berani menyerbu Al-Aqsa tanpa dijaga keamanan Israel, yang menunjukkan bahwa mereka adalah pengecut,” ujarnya.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa

Kamis 21 Agustus 1969, terjadi penistaan Masjid Al-Aqsa. Kala itu, asap tiba-tiba mengepul dari sisi tenggara Masjid Al-Aqsa akibat kobaran api besar dari salah satu sisinya. Pelaku dikonfirmasi merupakan salah seorang Yahudi berkebangsaan Australia, Michael Rohan. Aksi Michael itu mendapat dukungan dari dari sekelompok Yahudi yang turut membakar sebagian Masjid Al-Aqsa, tepatnya Masjid Al-Qibli.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa menjadi satu di antara rangkaian penistaan yang paling fenomenal dilakukan zionis Israel. Israel ingin menghancurkan Masjid Al-Aqsa lalu membangun kuil yang mereka klaim sebagai kuil Sulaiman di lokasi tersebut.

Api melalap habis perkakas masjid, sebagian tembok, mimbar Nuruddin, Masjid Umar bin Khattab,  Mihrab Zakariya, Maqom Empat Puluh yang berdampingan dengan Mihrab Zakariya, tiga dari tujuh lorong (koridor) masjid yang memanjang dari arah selatan ke utara, tulisan kaligrafi ayat pertama surah Al-Isra’ yang terbuat dari mozaik emas dan memanjang dua puluh tiga meter ke arah timur juga hangus terbakar. Pembakaran ini menjadi salah satu bentuk penistaan terbesar sepanjang sejarah modern Masjid Al-Aqsa.

Setelah pelaku pembakaran tertangkap, Israel malah membebaskannya dengan alasan bahwa pelaku sedang hilang akal. Pelakun pun bebas tanpa sanksi dan hukuman apa pun.

Sebenaranya, Michael tidak sendirian dalam melakukan aksi pembakaran. Terdapat beberapa bukti bahwa ada sejumlah orang Yahudi yang terlibat di belakang peristiwa tersebut.

PBB sempat menanggapi dengan mengutuk serangan itu dan meminta ‘Israel’ membatalkan semua pengaturan yang akan mengubah status Al-Quds. ‘Israel’ mengabaikan resolusi ini, seperti yang telah dilakukan Zionis terus mencaplok Al-Quds, bahkan hingga kini.

Kecurigaan bahwa ‘Israel’ terlibat aktif dalam perencanaan dan memfasilitasi upaya pembakaran tidak pernah dibantah. Banyak juga yang melihat normalisasi intimidasi Zionis, termasuk upaya ‘Israel’ untuk menghapuskan warisan Palestina di wilayah tersebut.

Pembakaran Masjid Al-Aqsa membuat umat Islam marah. Aksi protes terjadi di mana-mana. Esok harinya, 22 Agustus 1969, masyarakat Palestina berbondong-bondong melaksanakan salat Jumat di Masjid Al-Aqsa. Peristiwa itu juga mendorong pembentukan Organisasi konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan 57 negara. (Ensiklopedia Mini Masjid Al-Aqsa)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here