Spirit of Aqsa– Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan, jumlah korban syahid akibat serangan Israel di Jalur Gaza meningkat menjadi 37.953 orang, dengan 87.266 orang terluka sejak 7 Oktober. Sementara itu, Rumah Sakit Eropa di selatan Gaza tidak lagi beroperasi.
Israel melakukan tiga pembantaian dalam 24 jam terakhir. Pembantaian itu membuat 38 warga Palestina syahid dan melukai 125 lainnya.
Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan di Wilayah Palestina menyatakan, pasukan Israel menyerang daerah-daerah yang telah dinyatakan aman dan memaksa warga Gaza untuk mengungsi.
Sementara itu, Aljazeera melaporkan, tiga warga Palestina, termasuk seorang anak, syahid dalam serangan udara Israel di sebuah apartemen di pusat kamp pengungsi Nuseirat. Tim medis dan pertahanan sipil mengevakuasi 14 jenazah warga Palestina sejak pagi ini, beberapa di antaranya syahid dalam serangan sebelumnya oleh tentara Israel di bagian barat Rafah, Gaza selatan.
Beberapa jenazah sudah membusuk. Itu menunjukkan mereka telah syahid beberapa hari yang lalu, sementara yang lainnya syahid dalam serangan pada Rabu pagi. Terdapat korban syahid dan terluka di bawah reruntuhan rumah yang diserang oleh tentara Israel di wilayah-wilayah yang diduduki, evakuasi sulit dilakukan.
Pada 6 Mei, tentara Israel melancarkan operasi militer di Rafah, mengabaikan peringatan internasional tentang dampaknya terhadap kehidupan pengungsi di kota tersebut, dan pada hari berikutnya menguasai perbatasan Rafah dengan Mesir.
Rumah Sakit Eropa Tidak Beroperasi
Rumah Sakit Eropa sepenuhnya tidak beroperasi, di tengah suasana ketakutan dan kekhawatiran, setelah ancaman dari pasukan Israel untuk melakukan operasi militer besar-besaran di wilayah tersebut.
Ancaman ini menyebabkan evakuasi rumah sakit dari staf medis dan pasien yang beberapa di antaranya dipindahkan ke Rumah Sakit Nasser, sementara lainnya tidak diketahui ke mana mereka pergi.
Menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza (Wafa), ribuan pasien dan korban luka di Jalur Gaza menghadapi kematian karena membutuhkan perjalanan dan perawatan di luar negeri. Namun, penutupan perbatasan Rafah dengan Mesir menghalangi mereka untuk mendapatkan perawatan.
Sejak dimulainya perang, tentara Israel telah menargetkan rumah sakit di Gaza. Itu mengakibatkan sebagian besar rumah sakit tidak beroperasi, yang membahayakan kehidupan pasien dan korban luka, menurut data Palestina dan PBB.
Penderitaan Meningkat, Dibunuh Bom atau Kelaparan
Dalam situasi kehidupan yang semakin memburuk, penduduk kamp pengungsi Jabalia dan sebagian besar wilayah utara Gaza menghadapi kekurangan bahan makanan. Itu karena blokade Israel terus berlanjut yang menghalangi masuknya truk bantuan kemanusiaan.
Para pengungsi dari distrik Shuja’iyya di Kota Gaza menghadapi kondisi yang sangat buruk di pusat-pusat penampungan yang kekurangan kebutuhan dasar, termasuk air minum bersih.
Penasihat media untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), Adnan Abu Hasna, mengatakan, 250.000 orang terpaksa mengungsi dari Kota Khan Younis di selatan Gaza meskipun tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Abu Hasna menambahkan, dana yang dimiliki UNRWA untuk operasinya di Gaza hanya cukup sampai akhir Agustus.
Mengenai distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza, Abu Hasna mengatakan, situasi semakin rumit karena sulitnya mendapatkan bahan makanan. Mereka hanya bisa mendistribusikan sebagian kecil bahan makanan yang masuk ke Gaza di tengah kebutuhan yang besar.