Sedikitnya 9 warga Palestina (terdiri dari 7 perempuan dan 2 anak-anak) syahid akibat serangan udara Israel yang menghantam sebuah rumah di timur Kota Deir al-Balah, Jalur Gaza tengah. Serangan brutal ini menambah daftar panjang eskalasi militer yang terus digencarkan pasukan pendudukan di seluruh wilayah yang terkepung, disertai peringatan keras Israel kepada warga Gaza agar segera meninggalkan kota.

Sumber medis di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa melaporkan, selain menewaskan korban, serangan itu juga menyebabkan sejumlah luka berat dan masih ada korban yang terperangkap di bawah reruntuhan rumah. Para dokter menyebut peristiwa itu sebagai sebuah “pembantaian”, karena seluruh korban berasal dari satu keluarga.

Di tempat lain, Rumah Sakit Al-Awda di Kamp Nuseirat melaporkan dua warga Palestina syahid dan beberapa lainnya terluka, termasuk anak-anak, akibat serangan udara Israel yang menyasar rumah di Kamp Bureij. Kondisi sebagian korban luka dinyatakan kritis, sementara tenaga medis terus berjuang menyelamatkan nyawa di tengah keterbatasan fasilitas dan obat-obatan.

Serangan itu hanyalah bagian dari rangkaian serangan udara dan artileri yang mengguncang Gaza sepanjang malam. Jet tempur Israel melancarkan gempuran bertubi-tubi ke kawasan Sabra, selatan Kota Gaza, diiringi tiga serangan lain ke wilayah timur Khan Younis. Kawasan Al-Nasr di barat Gaza juga diguyur artileri berat, sementara Kamp Maghazi di Gaza tengah ikut terkena serangan.

Di selatan Kota Gaza, pasukan Israel meledakkan kendaraan lapis baja yang sarat bom, sementara drone menjatuhkan granat asap ke dalam Sekolah Hasan al-Basri yang menampung para pengungsi. Tak berhenti di situ, sebuah drone juga menyerang tenda pengungsi di dalam Universitas Al-Aqsa di barat Khan Younis, melukai sedikitnya 8 warga sipil.

Sebuah sekolah lain yang menjadi tempat perlindungan warga sipil pun tak luput dari serangan, menewaskan sedikitnya 8 orang. Militer Israel berdalih menargetkan “anggota Hamas”, sambil mengklaim telah “mengambil langkah untuk mengurangi korban sipil.”

Ancaman Terakhir untuk Kota Gaza

Dalam perkembangan mengejutkan, Menteri Pertahanan Israel, Yisrael Katz, mengeluarkan apa yang ia sebut sebagai “peringatan terakhir” bagi warga Gaza City. Ia memerintahkan mereka segera mengungsi ke selatan, dengan ancaman bahwa “siapa yang tetap tinggal akan dianggap teroris atau pendukung terorisme.”

Katz mengumumkan bahwa militer Israel kini menguasai jalur Netzarim, yang memisahkan Gaza utara dan selatan sepenuhnya. Semua pergerakan warga dari utara ke selatan dipaksa melalui pos pemeriksaan militer Israel.

Hamas mengecam keras pernyataan itu, menyebutnya sebagai simbol kesombongan dan pelecehan terang-terangan terhadap hukum internasional. Gerakan tersebut menegaskan bahwa Israel sedang menjalankan pembersihan etnis dan pengusiran paksa di Gaza melalui serangkaian pembantaian, penghancuran rumah, dan serangan langsung terhadap warga sipil. Hamas menyeru dunia internasional, khususnya negara-negara Arab dan Islam, untuk segera bertindak menghentikan kejahatan perang Israel.

Krisis Kemanusiaan Memburuk

Kondisi kemanusiaan di Gaza kian runtuh. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengumumkan penghentian operasinya di Gaza City karena eskalasi militer yang tak terkendali. “Puluhan ribu warga sipil menghadapi kondisi kemanusiaan yang mengerikan,” tegas lembaga itu.

Sebelumnya, organisasi Médecins Sans Frontières (Dokter Lintas Batas) juga menghentikan aktivitas mereka akibat pengepungan Israel, sementara sejumlah badan PBB berusaha tetap bekerja meski dengan risiko besar.

Sumber: Al Jazeera

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here